Pages

Sanksi FIFA, Mimpi Buruk Sepak Bola Indonesia

DESEMBER lalu, saat timnas PSSI tampil meyakinkan di Piala AFF 2010, banyak yang mengatakan bahwa momen itu akan menjadi titik balik kemajuan sepak bola Indonesia. Tetapi, lima bulan berselang, sepak bola Indonesia seolah terperosok ke jurang terdalam yang belum pernah terjadi sebelumnya.
 
Akibat kongres yang berjalan kacau Jumat lalu (20/5), PSSI terancam dijatuhi sanksi oleh FIFA. Meski sebagian pemilik suara masih percaya sanki itu tidak akan pernah ada, publik sepak bola saat ini sangat khawatir malapetaka tersebut segera tiba. 

Apa yang terjadi di kongres lalu akan dibahas dalam sidang Exco (Executive Committee) FIFA pada 30 Mei di markas FIFA di Zurich, Swiss. Kemudian, hasil keputusan sidang exco itu akan di-endorse pada kongres FIFA 1 Juni mendatang.
 
Soal sanksi, saat ini ada dua suara yang berkembang. Yaitu, yang setuju dan tidak. Yang setuju sanksi beralasan memang lebih baik Indonesia dikenai sanksi agar punya waktu untuk membenahi kompetisi dan sistem pembinaan yang selama ini berjalan tidak sebagaimana mestinya. Saat dirasa sudah siap bersaing, pihak-pihak terkait bisa memohon kepada FIFA untuk mencabut sanksi. Tentunya syarat-syarat pencabutan sanksi itu sudah terpenuhi.

Yang tidak setuju dengan jatuhnya sanksi juga punya alasan sangat kuat. Sebab, sanksi berarti sepak bola Indonesia akan "terpenjara" di negeri sendiri. Hubungan dengan sepak bola luar terputus sama sekali. Timnas Merah Putih di semua level dilarang berkompetisi di ajang apa pun di bawah FIFA.

Dari data yang dikumpulkan Jawa Pos di Sekretariat PSSI, pada 2011 saja even yang tidak bisa diikuti Indonesia jika ada sanksi, antara lain, SEA Games 2011 November (Indonesia tuan rumah), kualifikasi Piala Dunia 2014, AFC U-13, AFC U-19, AFF U-23 (Indonesia tuan rumah), AFF Futsal Championship, dan AFF U-16.

Selain itu, Indonesia dilarang mengikuti kursus-kursus, antara lain, AFC Youth Coaching Course, AFC Youth Referee Course, AFC LMO Course, AFC LGC Course, dan AFC Preparatory Course. Program tim SAD (Sociedad Anonima Deportiva) yang saat ini ikut berkompetisi di U-17 dan U-18 Uruguay juga bisa bubar. Pemain dan pelatih asing akan mudik ke negaranya.

Semua kursus, kepelatihan, dan penyegaran tidak bisa menggunakan instruktur dari AFC, apalagi FIFA. Itu berarti kesempatan wasit dan match official Indonesia untuk mendapatkan sertifikat dan lisensi pun hilang. Belum lagi sepak bola pantai dan sepak bola wanita yang juga turut dilarang. Delegasi-delagasi dari Indonesia pun tidak bisa lagi bertugas untuk AFF, AFC, memaupun FIFA. wartawan Indonesia pun tidak bisa mealukan peliputan resmi ke luar.

Tidak hanya itu, bantuan dana dari FIFA senilai USD 250 ribu setiap tahun juga akan dihentikan. Indonesia tidak boleh menerima proyek-proyek yang bersifat bantuan dari FIFA. "Saya tidak habis pikir dengan orang-orang yang seolah-olah menantang FIFA untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI," kata Iman Arif, deputi bidang teknik Badan Tim Nasional (BTN).

Iman Arif dengan BTN-nya adalah salah satu pihak yang sangat terpukul jika sanksi benar-benar jatuh. Sebab, BTN sudah melakukan banyak hal untuk menyiapkan tim yang akan berlaga di SEA Games pada November nanti. Di antaranya, menaturalisasi pemain keturunan Indonesia-Belanda. Para pemain juga baru saja digembleng dalam program character building yang digelar di Pusdik Kopassus, Batujajar, Jawa Barat.

Meski harapan untuk menghindari sanksi sangat tipis, upaya tetap dilakukan. Setelah ketua Komite Normalisasi (KN) Agum Gumelar berecana menemui Presiden FIFA Sepp Blatter pada 29 Mei atau sehari sebelum siding Exco FIFA digelar, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangen juga berencana melakukan hal sama. "Kami akan melobi FIFA. Saya bersedia dengan senang hati kalau diminta menemui langsung (Sepp Blatter)," kata Andi kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Menurut Andi, semua pihak pasti ingin yang terbaik untuk persepakbolaan Indonesia. Dia yakin, tidak ada satu pun pihak yang ingin membuat Indonesia terkena sanksi. "Sanksi berdampak sangat luas. Jangan sampai kesalahan segelintir orang harus disalahkan kepada seluruh stakeholder sepak bola," sambungnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar