1. Setiap tim harus terbebasdalam bantuan dana dari daerahnya.
2. Setiap tingkatan kasta liga harus berisikan maximal 18 tim .
3. Tim yang mendapatkan Peringkat satu sampai lima liga kasta tertinggi, diberikan dana oleh PSSI untuk beruji coba international melawan tim dari Jepang, Australia, UEA, Qatar, Saudi Arabia, Uzbekistan, Qatar, Cina, dan Korea Selatan (BUKAN ASEAN) .
4. Komdis PSSI harus “tegas” dan “sangat keras” terhadap pemain yang menghina dan memukul pemain lain, wasit, dan antar suporter tim .
5. Juara liga dan runner up, serta Juara Piala Liga, diwajibkan oleh PSSI sebagai lembaga tertinggi
untuk menjuarai AFC CUP dan Semifinal Asia Champion League .
6. Tim yang berkesempatan bermain di level Asia mewakili negara, diberi waktu recovery
dalam pertandingan liga lokal menjelang bertanding AFC CUP & Asia Champion League .
7. PSSI harus membantu fasilitas dan persiapan tim yang mewakili Indonesia berlaga di Asia .
8. Liga Kasta Tertinggi, harus pemain berusia 15 – 30 tahun, jika melebihi usia 30 tahun, pemain diwajibkan mengambil lisensi kepelatihan atau berlaga di kasta kedua atau dibawahnya .
9. Pemain asing harus berjumlah 3 kuota Eropa dan 1 kuota Asia .
10.PSSI harus menghentikan setiap tim selama 5 tahun, jika suatu tim melakukan suap dan pengaturan skor di semua kasta liga di Indonesia
11.Pelatih yang berprestasi mengantarkan tim Indonesia juara liga 4 kali dan juara piala liga 5
kali, berhak melatih Timnas Indonesia .
12.Uji Coba International klub peringkat satu sampai dengan lima kasta tertinggi Indonesia wajib dilaksanakan dan diberikan dana oleh PSSI .
13. Pelatih harus berlisensi A AFC, dan Assisten Pelatih minimal berlisensi A AFC .
14. Wasit harus mengeluarkan kartu merah, apabila pemain menghina wasit atau memukul
lawan, bahkan melakukan hal yang sama pada wasit .
15. Wasit harus menghentikan pertandingan, apabila ada suporter yang memasuki stadion tanpa tiket dan memasuki lapangan karena apapun masalah yang disampaikan suporter .
16. Pemain yang bermaksud melakukan "kill time" dengan hal apapun wajib diberi kartu kuning .
17. Komisi Disiplin PSSI harus melakukan denda dan hukuman
larangan berlaga kepada pemain yang menghina dan memukul wasit ataupun lawan .
18. PSSI harus memberikan dana tambahan kepada tim yang berlaga di AFC CUP dan Asia
Champion League .
19. Bagi tim yang menjuarai AFC CUP PSSI wajib memberikan penghargaan khusus dan memberi
bonus kepada tim tersebut .
20. Tim yang berhasil mencapai Semifinal Asia Champion League, sesuai dengan target nyata PSSI,
berhak mendapatkan bonus dan penghargaan nyata dari PSSI sebagai federasi tertinggi .
21. Semua tim harus memiliki kelompok umur dari U 10 sampai U 21
22. Pelatih kelompok umur tim harus berlisensi A AFC atau B UEFA
23. PSSI wajib mengadakan pertandingan Liga U 10, U 12, U 14, U 17, U 19, dan U 21
24. Setiap Juara 1 - 3 Liga U 10 sampai U 21, diberikan kesempatan oleh PSSI dan Liga
untuk bertanding dalam kejuaraan ASIA dan dunia dalam semua ajang tingkat Asia dan Dunia,
sesuai dengan Young Professional League .
25. Liga kasta tertinggi sampai Divisi terbawah (amatir), berada dalam satu naungan "RESMI" PSSI,
sebagai Konfederasi tertinggi di Indonesia .
26. Sebagai Liga Professional, PSSI diwajibkan mentargetkan tim yang mewakili Indonesia di
Asia dapat menjuarai AFC CUP dan mencapai semifinal Asia Champion League setiap tahunnya .
27. Tidak ada diskriminasi dan pengaturan skor dalam semua
kasta dari tertinggi hingga divisi
terendah .
600 Aparat Gabungan Kawal Laga Perang Bintang
Sebanyak 600 aparat gabungan TNI dan Polri akan disiagakan di stadion
Mandala, Kota Jayapura, Papua guna mengamankan jalannya pertandingan
Perang Bintang, Persipura Jayapura melawan tim All Star Indonesia Super
League (ISL), Rabu (29/6/2011).
Ketua Panpel Persipura, Tommy Mano, mengatakan pengamanan 600 personil itu guna mengantisipasi terjadinya ricuh, antar penonton. Sebab pada pertandingan tersebut diperkirakan 15 ribu lebih penonton akan memadati stadion Mandala. Saat ini, belasan ribu tiket tanda masuk yang dijual Panpel Persipura telah habis terjual.
“ Kami meminta sekira 600 personil gabungan TNI dan polri untuk disiagakan di stadion Mandala, Rabu besok,” ujar Mano.
Persipura Jayapura dijadwalkan bertanding melawan tim All Star ISL pada laga Perang Bintang yang berisikan pemain Timnas. Pertandingan eksebisi tersebut dilangsungkan sebelum moment penyerahan piala bagi juara ISL musim 2010/2011 yakni Persipura Jayapura.
Ketua Panpel Persipura, Tommy Mano, mengatakan pengamanan 600 personil itu guna mengantisipasi terjadinya ricuh, antar penonton. Sebab pada pertandingan tersebut diperkirakan 15 ribu lebih penonton akan memadati stadion Mandala. Saat ini, belasan ribu tiket tanda masuk yang dijual Panpel Persipura telah habis terjual.
“ Kami meminta sekira 600 personil gabungan TNI dan polri untuk disiagakan di stadion Mandala, Rabu besok,” ujar Mano.
Persipura Jayapura dijadwalkan bertanding melawan tim All Star ISL pada laga Perang Bintang yang berisikan pemain Timnas. Pertandingan eksebisi tersebut dilangsungkan sebelum moment penyerahan piala bagi juara ISL musim 2010/2011 yakni Persipura Jayapura.
Kas Hartadi : Team ISL All Star itu Cuma Gabungan Pemain Bagus , Bukan Tim Bagus
Piala AFF 2012 : Satu Grup dengan Malaysia , DEJAVU Merah Putih
Timnas Indonesia mendapat ujian berat saat menjalani Piala AFF 2012 di
Thailand dan Malaysia, 24 November–22 Desember 2012. Skuad Merah Putih
bercokol di Grup B bersama Singapura dan juara bertahan Malaysia seusai
drawing di Bangkok, Thailand, kemarin.
Dalam drawingitu,Malaysia diplot sebagai tim paling disegani Indonesia.Maklum, mereka yang mengandaskan harapan Merah Putihmeraih gelar pertama akibat kalah di final Piala AFF 2010.Indonesia juga tak ingin meremehkan kekuatan Singapura serta runner-upbabak kualifikasi yang akan diperebutkan empat negara,yakni Timor Leste,Laos,Myanmar,dan Brunei Darussalam.
Yang jelas,pertemuan Indonesia dan Malaysia tahun ini merupakan deja vudua tahun lalu.Saat itu,Indonesia begitu fantastis ketika bertemu Harimau Malaya––julukan Malaysia––di fase penyisihan grup.Sayang,hegemoni tim Merah Putih tak berlanjut ketika bertemu kembali dengan Malaysia di final. Koordinator Timnas Indonesia Bob Hippy menilai,semua tim yang tergabung di Grup B memiliki kekuatan sama.
Untuk itulah,baik Malaysia,Singapura,dan satu lawan lagi yang belum diketahui memiliki peluang yang sama untuk lolos.“Semua lawan itu berat dan mempunyai kekuatan yang tidak berbeda jauh.Intinya,semua tim yang berada di Grup B memiliki peluang sama besarnya,”ungkap Bob,saat dihubungi kemarin. Selain memberikan sedikit penilaian tentang kekuatan calon-calon lawan di Grup B,pria yang juga menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI ini berharap tak ada lagi masalah dualisme kompetisi.
Dia menginginkan Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL) bersatu.Jika keduanya bersatu,timnas Indonesia akan diisi pemainpemain yang komplet di ajang Piala AFF tahun ini. “Yang paling penting di ajang Piala AFF 2012 nanti,kami mempunyai stok pemain yang komplet.Saya berharap pemainpemain dari ISL dan IPL bisa kembali bersatu.Mereka bisa bersama bahumembahu membela timnas Indonesia,” ungkap Bob.
Harapan agar timnas Merah Putih berjaya di Piala AFF 2012 juga disampaikan bek Semen Padang Abdulrahman.Pemain yang menjadi bagian timnas Indonesia U-23 saat meraih medali perak SEA Games 2011 itu siap memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Namun,jika ingin berhasil merealisasikan target itu,persiapan matang harus segera dilakukan.“Harapannya,insya Allah tahun ini timnas Indonesia bisa meraih gelar juara.
Sebab,Indonesia belum lagi menjuarai turnamen itu.Dan,jika ingin berbicara banyak di Piala AFF 2012,tentu harus melakukan segala macam persiapan tim dari jauh-jauh hari,”ungkap Abdulrahman. Abdulrahman pun meminta semua pemain yang dipanggil membela panji Merah Putihmenghadapi Piala AFF 2012 mengesampingkan ego masing-masing, yakni membuang sikap merasa lebih berhak karena berasal dari IPL atau ISL.
“Jika kami bersatu,kami pasti lebih tangguh.Bahkan, kami memiliki kekuatan lebih untuk merealisasikan ambisi mendapatkan gelar tersebut,”tandasnya. Sementara di Grup A, tuan rumah Thailand akan menghadapi Vietnam, Filipina, serta juara fase kualifikasi. Jika Thailand gagal total dua tahun lalu, kini, mereka sesumbar bisa mengembalikan kejayaan sepak bola Negeri Gajah Putih
Dalam drawingitu,Malaysia diplot sebagai tim paling disegani Indonesia.Maklum, mereka yang mengandaskan harapan Merah Putihmeraih gelar pertama akibat kalah di final Piala AFF 2010.Indonesia juga tak ingin meremehkan kekuatan Singapura serta runner-upbabak kualifikasi yang akan diperebutkan empat negara,yakni Timor Leste,Laos,Myanmar,dan Brunei Darussalam.
Yang jelas,pertemuan Indonesia dan Malaysia tahun ini merupakan deja vudua tahun lalu.Saat itu,Indonesia begitu fantastis ketika bertemu Harimau Malaya––julukan Malaysia––di fase penyisihan grup.Sayang,hegemoni tim Merah Putih tak berlanjut ketika bertemu kembali dengan Malaysia di final. Koordinator Timnas Indonesia Bob Hippy menilai,semua tim yang tergabung di Grup B memiliki kekuatan sama.
Untuk itulah,baik Malaysia,Singapura,dan satu lawan lagi yang belum diketahui memiliki peluang yang sama untuk lolos.“Semua lawan itu berat dan mempunyai kekuatan yang tidak berbeda jauh.Intinya,semua tim yang berada di Grup B memiliki peluang sama besarnya,”ungkap Bob,saat dihubungi kemarin. Selain memberikan sedikit penilaian tentang kekuatan calon-calon lawan di Grup B,pria yang juga menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI ini berharap tak ada lagi masalah dualisme kompetisi.
Dia menginginkan Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL) bersatu.Jika keduanya bersatu,timnas Indonesia akan diisi pemainpemain yang komplet di ajang Piala AFF tahun ini. “Yang paling penting di ajang Piala AFF 2012 nanti,kami mempunyai stok pemain yang komplet.Saya berharap pemainpemain dari ISL dan IPL bisa kembali bersatu.Mereka bisa bersama bahumembahu membela timnas Indonesia,” ungkap Bob.
Harapan agar timnas Merah Putih berjaya di Piala AFF 2012 juga disampaikan bek Semen Padang Abdulrahman.Pemain yang menjadi bagian timnas Indonesia U-23 saat meraih medali perak SEA Games 2011 itu siap memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Namun,jika ingin berhasil merealisasikan target itu,persiapan matang harus segera dilakukan.“Harapannya,insya Allah tahun ini timnas Indonesia bisa meraih gelar juara.
Sebab,Indonesia belum lagi menjuarai turnamen itu.Dan,jika ingin berbicara banyak di Piala AFF 2012,tentu harus melakukan segala macam persiapan tim dari jauh-jauh hari,”ungkap Abdulrahman. Abdulrahman pun meminta semua pemain yang dipanggil membela panji Merah Putihmenghadapi Piala AFF 2012 mengesampingkan ego masing-masing, yakni membuang sikap merasa lebih berhak karena berasal dari IPL atau ISL.
“Jika kami bersatu,kami pasti lebih tangguh.Bahkan, kami memiliki kekuatan lebih untuk merealisasikan ambisi mendapatkan gelar tersebut,”tandasnya. Sementara di Grup A, tuan rumah Thailand akan menghadapi Vietnam, Filipina, serta juara fase kualifikasi. Jika Thailand gagal total dua tahun lalu, kini, mereka sesumbar bisa mengembalikan kejayaan sepak bola Negeri Gajah Putih
Arema ISL Beri 2 Opsi ke Arema IPL
Kompetisi IPL maupun ISL segera berakhir. Wacana rekonsiliasi antara
Arema yang berlaga di IPL dan Arema yang bermain untuk ISL terus
berlanjut. Bahkan, Manajemen Arema ISL memberikan dua opsi pada Ancora
yang merupakan pemilik Arema IPL.
Dua opsi itu adalah Ancora menjadi sponsor atau membeli saham Arema ISL untuk kompetisi musim depan. Media Officer Arema ISL, Sudarmadji mengungkapkan, manajemen mempersilakan bila Ancora bersedia menjadi sponsor Arema ISL musim depan.
"Beberapa sponsor untuk musim depan juga sedang menunggu. Jika Ancora ingin menjadi sponsor, kami terbuka," kata Sudarmadji, Sabtu (14/7/2012).
Memang sebelum berakhirnya liga, manajemen ISL telah membuka pintu rekonsiliasi melalui sponsor. Namun hingga kini masih belum ada inisiatif dari Ancora untuk berkenan menjadi sponsor.
Jika Ancora tidak bersedia menjadi sponsor, Ancora dipersilakan membeli saham Arema ISL. "Tapi manajemen harus minta pertimbangan pada dewan presiden klub dan konsorsium sebelum melepas saham pada Ancora," ujar Darmadji.
Kendati bagitu, Ancora juga harus siap bersaing dengan perusahaan lain bila ingin membeli saham Arema ISL. "Untuk pembelian saham ini, kami belum bisa pastikan bisa terealisasi atau tidak. Tapi kalau menjadi sponsor, Ancora bisa masuk," tukas mantan wartawan ini.
Darmaji menambahkan, penyatuan dua Arema ini sebenarnya tergantung pada jumlah kompetisi kasta tertinggi musim depan. Format kompetisi musim depan juga masih tergantung keputusan Komite Bersama yang berisi anggota PSSI versi Johar Arifin Husen dan anggota PSSI versi La Nyalla Mattalitti.
"Tetapi selama kompetisi kasta tertinggi ada lebih dari satu, dipastikan Arema tetap ada dua. Jadi kalau ingin Arema hanya satu, kompetisi juga harus satu," imbuhnya.
Sementara itu, kuasa hukum Ancora, Erpin Yuliono memastikan Ancora bersedia membuka pintu rekonsiliasi dengan Arema ISL, jika kompetisi IPL telah usai. Sedangkan Arema IPL masih memiliki sisa dua laga, yaitu kontra Persebaya dan Bontang FC.
"Setelah kompetisi berakhir, kami siap melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang menginginkan Arema bersatu," pungkas Erpin.
Dua opsi itu adalah Ancora menjadi sponsor atau membeli saham Arema ISL untuk kompetisi musim depan. Media Officer Arema ISL, Sudarmadji mengungkapkan, manajemen mempersilakan bila Ancora bersedia menjadi sponsor Arema ISL musim depan.
"Beberapa sponsor untuk musim depan juga sedang menunggu. Jika Ancora ingin menjadi sponsor, kami terbuka," kata Sudarmadji, Sabtu (14/7/2012).
Memang sebelum berakhirnya liga, manajemen ISL telah membuka pintu rekonsiliasi melalui sponsor. Namun hingga kini masih belum ada inisiatif dari Ancora untuk berkenan menjadi sponsor.
Jika Ancora tidak bersedia menjadi sponsor, Ancora dipersilakan membeli saham Arema ISL. "Tapi manajemen harus minta pertimbangan pada dewan presiden klub dan konsorsium sebelum melepas saham pada Ancora," ujar Darmadji.
Kendati bagitu, Ancora juga harus siap bersaing dengan perusahaan lain bila ingin membeli saham Arema ISL. "Untuk pembelian saham ini, kami belum bisa pastikan bisa terealisasi atau tidak. Tapi kalau menjadi sponsor, Ancora bisa masuk," tukas mantan wartawan ini.
Darmaji menambahkan, penyatuan dua Arema ini sebenarnya tergantung pada jumlah kompetisi kasta tertinggi musim depan. Format kompetisi musim depan juga masih tergantung keputusan Komite Bersama yang berisi anggota PSSI versi Johar Arifin Husen dan anggota PSSI versi La Nyalla Mattalitti.
"Tetapi selama kompetisi kasta tertinggi ada lebih dari satu, dipastikan Arema tetap ada dua. Jadi kalau ingin Arema hanya satu, kompetisi juga harus satu," imbuhnya.
Sementara itu, kuasa hukum Ancora, Erpin Yuliono memastikan Ancora bersedia membuka pintu rekonsiliasi dengan Arema ISL, jika kompetisi IPL telah usai. Sedangkan Arema IPL masih memiliki sisa dua laga, yaitu kontra Persebaya dan Bontang FC.
"Setelah kompetisi berakhir, kami siap melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang menginginkan Arema bersatu," pungkas Erpin.
Sejarah arema vs bonek
Belum dewasanya suporter di Indonesia tentu
menjadi penghambat bagi pengembangan profesionalitas klub-klub di
Indonesia. Aksi anarkis yang dilakukan oleh oknum suporter menjadi salah
satu faktor lambatnya pengembangan profesionalitas klub Indonesia.
Belajar dari kasus rasisme Aremania beberapa saat yang lalu tentu
menjadi sebuah pelajaran berharga bagi seluruh elemen suporter yang ada.
Kerugian sebesar hampir 1 miliar rupiah bagi Arema tentu menjadi sebuah
permasalahan tersendiri. Arema yang merupakan klub profesional tanpa
dukungan dana APBD tentu kesulitan membayar gaji pemain dan lainnya.
Padahal skala permasalahan baru sekitar denda dan hukuman, belum pada
level anarkisme tingkat tinggi seperti perusakan stadion dan beberapa
fasilitas, kerusuhan antar-suporter, hingga aksi-aksi kejahatan yang
melibatkan komunitas suporter.
Salah satu pertarungan suporter yang paling
sering disorot oleh media massa adalah rivalitas Aremania dan Bonek.
Dua elemen suporter dari Arema Indonesia dan Persebaya Surabaya ini
memiliki tensi rivalitas yang sangat tinggi, dimana perseteruan antar
kedua elemen suporter ini tak jarang berakhir dengan bentrokan,
kerusuhan, kerusakan material, hingga jatuhnya korban jiwa. Ekspresi
saling benci keduanya juga tertumpah ketika mendukung kesebelasan
masing-masing, walaupun yang dihadapi adalah tim sepakbola selain Arema
Indonesia atau Persebaya Surabaya.
Konflik Aremania melawan Bonek sudah
menjadi cerita lama dalam diskusi antar-suporter di Indonesia.
Pertarungan yang sudah mendarah-daging dalam kedua elemen suporter
tersebut menjadi bumbu pedas dalam forum antar-suporter. Walaupun belum
ada yang pernah memfilmkannya layaknya film Romeo-Juliet, tetapi aroma
panas selalu terasa dalam kehidupan sehari-hari warga Malang dan
Surabaya. Tidak jarang ditemui di rumah seorang Aremania segala atribut
Bonek menjadi kain lap, sementara di Surabaya segala atribut Aremania
menjadi keset.
Aroma panas kedua elemen ini tentu menarik
untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, karena sifat persaingannya yang
begitu kental dan sudah mendarah-daging. Belum lagi pembentukan iklim
sepakbola Indonesia ke arah modern tentu harus mewaspadai satu hal yang
kini masih menjadi kontroversi: industri sepakbola. Modernisasi
sepakbola secara tidak langsung membawa dunia sepakbola ke arah
industri, dimana pada akhirnya kapital juga ikut bermain dalam
menentukan suasana dan atmosfir sebuah pertandingan. Bukan tidak mungkin
beberapa peristiwa yang berkaitan dengan sepakbola Indonesia hari ini
berkaitan erat dengan suasana pasar ekonomi.
Selain dari perspektif industri sepakbola,
tentu konflik-konflik yang timbul juga tidak luput dari permasalah
sosial dan budaya dalam sebuah masyarakat. Masalah hegemoni dan
pengakuan akan ‘the one and the best’ juga menjadi salah satu permasalah
konflik suporter Indonesia. Persoalan chauvinisme dan fanatisme dalam
sebuah masyarkat juga tidak dapat dihilangkan sebagai faktor-faktor
pemicu konflik. Belum lagi soal dendam yang berasal dari peristiwa yang
terjadi sebelumnya. Begitu banyak permasalahan yang timbul dalam
masyarakat sehingga terbawa dalam kancah sepakbola membuat stadion masih
belum menjadi tempat yang nyaman dalam menikmati pertandingan
sepakbola.
Dengan mempelajari proses historis
perseteruan kedua kelompok suporter ini diharapkan adanya pembelajaran
serta solusi agar konflik-konflik yang terbangun menjadi sportif dan
tidak anarkis. Pengkajian akan sebuah konflik dengan memandang dari
perspektif sosiologi –dimana masyarakat dan kondisi kultural akan
menjadi objek yang dikaji– diharapkan akan timbul sebuah mediasi entah
itu berupa negoisasi atau yang lainnya. Dengan begitu posisi suporter
sebagai sebuah pendukung klub akan terjadi hubungan timbal balik dengan
klub yang didukung. Selain itu diharapkan pula perdamaian antar-suporter
sepakbola yang ada di Indonesia dapat terjadi.
Sejarah Aremania dan Rivalitas dengan Bonek
Tahun
1988 lahirlah Yayasan Arema Fans Club (AFC) yang didirikan oleh Ir.
Lucky Acub Zaenal. Yayasan ini hadir sebagai basis kelompok suporter
dari Yayasan PS Arema yang didirikan setahun sebelumnya. Tahun pertama
AFC berdiri dipimpin oleh Ir. Lucky Acub Zaenal dengan 13 korwil
(koordinator wilayah) yang ada dibawahnya. Keberadaan AFC yang begitu
formal dan eksklusif membuat kalangan suporter yang berasal dari kelas
bawah tidak mampu menjangkau organisasi tersebut. AFC sendiri pada
akhirnya belum mampu menciptakan kerukunan antar-suporter di Malang,
sehingga harus dibubarkan pada tahun 1994.
Kondisi chaos dalam kota, dimana sering
terjadi perselisihan antar-geng yang berlanjut ke dalam stadion membuat
kota Malang menjadi sepi di kala Arema bertanding. Banyak toko-toko dan
warung-warung tutup, bahkan hingga mengunci pintu dan jendela. Beberapa
narasumber bahkan menceritakan bahwa ketika itu seorang suporter membawa
batu, pentungan, dan golok adalah hal biasa . AFC yang belum mampu
menyatukan elemen-elemen suporter yang ada di Malang akhirnya
membubarkan diri. Menjelang bubarnya AFC, beberapa suporter sepakbola
Malang berkumpul dan mendiskusikan mengenai Aremania. Beberapa nama
seperti Handoko, Yuli Sumpil, Ovan Tobing, Leo Kailola, dan Lucky Acub
Zaenal yang merupakan pentolan dari beberapa kelompok suporter PS Arema
di Malang berkumpul dan mengambil keputusan bahwa Aremania didirikan
dalam sebuah organisasi non-formal (tanpa bentuk) tetapi terus menjaga
persatuan dan sportivitas. Sehingga sejak saat itu tidak ada ketua resmi
dari Aremania.
Ketiadaan ketua bukan berarti menimbul
perpecahan dalam Aremania. Kultur masyarakat Malang yang egaliter
membangun kebersamaan dalam ketiadaan struktur organisasi tersebut.
Prinsip “sama rata, sama rasa, satu jiwa” yang dimiliki oleh warga
Malang menjadikan Aremania menjadi kelompok suporter yang memiliki
kekompakan dan persatuan yang kuat. Rasa egaliter pula yang membuat
Aremania kompak dan mudah dikendalikan oleh Yuli dan Kepet, dirigen
Aremania saat ini.
Titik balik Aremania terjadi pada tahun
1993, pasca PS Arema menjuarai kompetisi Galatama PSSI. PS Arema yang
pada tahun-tahun sebelumnya belum memiliki begitu banyak pendukung,
mendapatkan perpindahan pendukung begitu banyak dari Ngalamania.
Kedewasaan arek Malang akan dampak negatif dari anarkisme membawa dampak
positif bagi perjalanan Aremania selanjutnya. Aremania lalu mempelopori
untuk selalu hadir mengawal pertandingan Arema di kandang lawan.
Dimulai dari Cimahi pada tanggal 31 Mei 1995, Aremania selalu mengikuti
kemanapun Arema pergi dan mendukung sembari menularkan virus suporter
damai kepada elemen-elemen suporter lawan.
Bulan Mei 1996 Aremania berani untuk
melakukan lawatan ke stadion ‘musuh abadi’ untuk mendukung Arema dan
menularkan virus perdamaian ke Bonek yang menjadi elemen suporter
Persebaya. Aremania datang dengan pengawalan dari DANDIM Kota Malang
pada pertandingan yang disaksikan oleh para petinggi PSSI dan gubernur
Jawa Timur, dimana mereka menunjukkan eksistensi perdamaian yang
dibawanya. Stadion Tambaksari yang dikenal ‘biadab’ karena jarangnya
suporter lawan yang berani memasuki stadion tersebut akibat tekanan,
intimidasi, kerusuhan, dan provokasi Bonek menjadi saksi eksistensi
Aremania .
Rivalitas Malang Surabaya
Berbicara
masalah persaingan dan rivalitas dua elemen suporter di Jawa Timur ini,
maka kita tidak dapat mengesampingkan sejarah dan kultur sosial
masyarakat masing-masing kota. Malang yang secara demografis adalah
sebuah kota yang ada di pinggiran gunung, dimana pembangunan-pembangunan
yang dilakukan sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga zaman
Orde Baru membawa kemajuan yang sangat pesat bagi kota ini. Kemajuan
yang membuat masyarakatnya merasa mampu untuk menyaingi kota
metropolitin sekelas Surabaya. Surabaya yang selalu dianggap ‘number
one’ dalam berbagai kondisi membuat masyarakat Malang tidak terima dan
menganggap arek Suroboyo adalah saingan utama mereka. Dalam tataran
propinsi misalnya, dimana Malang merupakan kota kedua setelah Surabaya.
Hal ini memicu kecemburuan sosial yang sangat tinggi oleh arek Malang
terhadap arek Suroboyo .
Kondisi ‘tidak mau kalah’ ini membuat suhu
konflik Malang-Surabaya begitu panas. Begitu juga dengan sepakbola,
dimana suporter asal Malang selalu berusaha menyaingi suporter asal
Surabaya. Arek Suroboyo sudah lama memiliki sifat bondho nekat, dimana
pernah mereka aplikasikan dalam upaya melawan tentara sekutu dalam
pertempuran 10 November 1945. Sifat bondho nekat yang masih menjadi
kultur masyarakat Surabaya modern juga terbawa dalam sepakbola. Pada
akhirnya, bondho nekat ini menjadikan suporter Surabaya saat itu
terkesan brutal dan anarkis, seperti halnya Hooligans di daratan Eropa.
John Psipolatis pernah menyinggung akan
perbedaan ‘suporter brutal’ dan ‘hooligan’ dalam kajiannya tentang
sepakbola Indonesia. Ia menyatakan bahwa untuk di Indonesia lebih sesuai
dengan sebutan ‘suporter brutal’, karena mereka datang ke stadion untuk
menikmati pertandingan dan sesudahnya membuat onar. Sementara
‘hooligan’ belum pantas disandang oleh suporter di Indonesia karena
Hooligan datang dengan niat untuk membuat kerusuhan tanpa menikmati
pertandingan sepakbola.
Konflik dalam hal sepakbola dimulai sejak
tahun 1967, dimana terjadi kerusuhan dalam pertandingan Liga
Perserikatan antara Persebaya Surabaya melawan Persema Malang di
Surabaya. Kondisi ini dibalas oleh arek-arek Malang dalam pertandingan
Persema Malang melawan Persebaya Surabaya di Malang. Akhirnya, konflik
suporter yang merupakan pertarungan geng Malang-Surabaya ini terus
berlanjut pada tahun 70’an. Periode 80’an menjadi puncak ketegangan
antara Bonek dan Ngalamania, dimana tahun 1984 terjadi ‘Perang Badar’
antara Ngalamania dengan Bonek. Peperangan yang terjadi antara Arek
Malang dan Arek Suroboyo itu membuat Presiden Soeharto kala itu
menyikapinya dengan ucapan “kalau sepakbola membuat persatuan hancur,
lebih baik tidak usah”.
Rivalitas Bonek – Aremania
Berdirinya
Armada 86 hingga berevolusi menjadi PS Arema pada tahun 1987 membuat
konflik semakin memanas. Dalam kompetisi Perserikatan, Persema dan
Persebaya sudah memanaskan suhu konflik antar-suporter di Jawa Timur.
Dengan hadirnya Arema yang mengikuti kompetisi Galatama, suhu itu kian
memanas dengan rivalitas Arema dan Niac Mitra Surabaya. Semifinal
Galatama tahun 1992 yang mempertandingkan PS Arema Malang melawan PS
Semen Padang di stadion Tambaksari Surabaya menghadirkan awalan baru
sejarah konflik Aremania-Bonek. Arek Malang (saat itu belum bernama
Aremania) membuat ulah di Stasiun Gubeng pasca kekalahan Arema Malang
dari Semen Padang. Kapolda Jatim saat itu akhirnya mengangkut mereka
dalam 6 gerbong kereta api untuk menghindari kerusuhan dengan Bonek.
Kejadian di Stasiun Gubeng itu membuat
panas Bonek yang ada di Surabaya. Tindakan balasan mereka lakukan dengan
mencegat dan menyerang rombongan Aremania pada akhir tahun 1993 saat
akan melawat ke Gresik. Peristiwa ini dibalas oleh Aremania pada tahun
1996 dengan melakukan lawatan ke Stadion Tambaksari dengan pengawalan
ketat DANDIM. Keberanian Aremania untuk hadir di Stadion Tambaksari kala
pertandingan Persebaya melawan Arema saat itu telah membuat Bonek tidak
bisa berbuat apa-apa dan harus menahan amarah mereka dengan cara
menghina Aremania lewat kata-kata saja. Hal ini karena pertandingan
tersebut disaksikan oleh para petinggi PSSI dan gubernur Jawa Timur saat
itu, serta pengawalan ketat DANDIM kota Malang terhadap Aremania. Bagi
Aremania, hal ini sudah sangat mempermalukan Bonek dengan datang
langsung ke jantung pertahanan lawan sembari menunjukkan kesantunan
Aremania dalam mendukung tim kesayangan. Semenjak itulah tidak ada kata
damai dari Bonek kepada Aremania, dan Aremania sendiri juga menyatakan
siap untuk melayani Bonek dengan kekerasan sekalipun.
Kejadian ini dibalas oleh Bonek di Jakarta
pada tahun 1998. Tanggal 2 Mei 1998 dimana Aremania akan hadir dalam
pertandingan Persikab Bandung vs Arema Malang, Aremania yang baru turun
dari kereta di Stasiun Jakarta Pasarsenen diserang oleh puluhan Bonek.
Ketika itu rombongan Aremania yang berjumlah puluhan orang menaiki bus
AC yang sudah disiapkan oleh Korwil Aremania Batavia. Di tengah jalan,
belum jauh dari Stasiun Pasarsenen tiba-tiba bus yang ditumpangi
Aremania dihujani batuan oleh Bonek. Untuk menghindari jatuhnya korban,
rombongan Aremania langsung turun dari bus untuk melawan Bonek yang
menyerang mereka. Bahkan Aremania sampai mengejar-ngejar Bonek yang ada
di Stasiun Pasarsenen. Tindakan Aremania ini mendapat applaus dari warga
setempat, sehingga Bonek harus mundur meninggalkan area Stasiun
Pasarsenen.
Kondisi rivalitas yang begitu panas antara
Aremania dan Bonek membuat keduanya menandatangi nota kesepakatan bahwa
masing-masing kelompok suporter tidak akan hadir ke kandang lawan dalam
laga yang mempertemukan Arema dan Persebaya. Nota kesepakatan yang
ditandatangani oleh Kapolda Jatim bersama kedua pemimpin kelompok
suporter tersebut ditandatangani di Kantor Kepolisian Daerah Jawa Timur
pada tahun 1999. Semenjak tahun 1999, maka kedua elemen suporter ini
tidak pernah saling tandang dalam pertandingan yang mempertemukan kedua
klub kesayangan masing-masing.
Tetapi nota kesepakatan itu tidak mampu
meredam konflik keduanya. Tragedi Sidoarjo yang terjadi pada bulan Mei
2001 menunjukkan masih adanya permusuhan kedua elemen ini. Kala itu
pertandingan antara tuan rumah Gelora Putra Delta (GPD) Sidoarjo melawan
Arema Malang di Stadion Delta Sidoarjo dalam lanjutan Liga Indonesia
VII. Karena dekatnya jarak Surabaya-Sidoarjo membuat sejumlah Bonek
hadir dalam pertandingan tersebut. Menjelang pertandingan dimulai,
batu-batu berterbangan dari luar stadion menyerang tribun yang diduduki
oleh Aremania. Kondisi ini membuat Arema meminta kepada panpel untuk
mengamankan wilayah luar stadion. Karena lemparan batu belum berhenti
membuat Aremania turun ke lapangan, sementara di luar stadion justru
terjadi gesekan antara Bonek dengan aparat. Turunnya Aremania ke
lapangan pertandingan membuat pertandingan dibatalkan. Terdesaknya
aparat keamanan yang kewalahan menghadapi Bonek membuat Aremania
membantu aparat dengan memberikan lemparan balasan ke arah Bonek.
Aremania pun harus dievakuasi keluar stadion dengan truk-truk dari
kepolisian.
Kejadian rusuh yang berkaitan antara
Aremania dengan Bonek masih berlanjut pada tahun 2006. Kekalahan
Persebaya Surabaya atas Arema Malang di stadion Kanjuruhan dalam laga
first leg Copa Indonesia membuat kecewa Bonek di Surabaya. Seminggu
kemudian, kegagalan Persebaya Surabaya mengalahkan Arema Malang di
stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya membuat Bonek mengamuk.
Laga yang berkesudahan 0-0 ini harus dihentikan pada menit ke-83 karena
Bonek kecewa dengan kekalahan Persebaya dari Arema Malang. Kekecewaan
ini mereka lampiaskan dengan merusak infrastruktur stadion, memecahi
kaca stadion, dan merusak beberapa mobil dan kendaraan bermotor lain
yang ada di luar stadion. ANTV yang menayangkan pertandingan tersebut
meliputnya secara vulgar, bahkan berkali-kali menunjukkan gambar rekaman
mengenai mobil ANTV yang dirusak oleh Bonek. Aremania menyikapi hal ini
dengan menyerahkannya secara total kepada pihak berwajib dan PSSI.
Rivalitas keduanya tidak hanya hadir lewat
kerusuhan dan peperangan, tetapi juga dengan nyanyian-nyanyian saat
mendukung tim kesayangannya. Bonekmania, di kala pertandingan Persebaya
melawan tim manapun, pasti akan menyanyikan lagu-lagu yang menghina
Arema dan Aremania. Lagu-lagu yang menyebutkan Arewaria, Arema Banci,
Singo-ne dadi Kucing, dan beberapa lagu lain kerap mereka nyanyikan di
Stadion Gelora 10 November Tambaksari Surabaya. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Aremania, dimana lagu-lagu anti-Bonek juga mereka
kumandangkan kala Arema menghadapi tim lain di Stadion Kanjuruhan.
Bahkan persitiwa terbaru adalah tersiarnya kabar mengenai dikepruknya
mobil ber-plat N ketika malam tahun baru di Surabaya oleh pemuda berkaos
hijau (oknum Bonek?).
Atmosfir Malang – Surabaya
Seperti
yang ditulis oleh Feek Colombijn dalam View from The Periphery:
Football in Indonesia, dimana ia menyebut bahwa dinamika suporter di
Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa. Kultur Jawa yang
mengutamakan keselarasan dalam harga diri, dimana penolakan yang amat
sangat terhadap hal yang bisa mempermalukan diri sendiri, menjadi faktor
utama konflik antar suporter di Indonesia. Kultur Jawa yang menghindar
dari konflik dan tidak mau dipermalukan menjadi semacam dari anti-thesis
dari sepakbola yang harus siap sedia untuk dipermalukan. Tetapi kultur
Jawa pula yang memicu reaksi apabila penghinaan itu terjadi di depan
umum dan sangat memalukan, maka ekspresi kemarahan dan anarkisme yang
muncul untuk menjaga wibawa dan harga diri.
Kondisi ini yang memicu atmosfir panas
Malang–Surabaya. Geng pemuda asal Malang yang dibantai oleh Bonek di
tahun 1967 memicu perasaan dendam dari Arek Malang. Belum lagi persoalan
rivalitas “number one”, dimana dalam level propinsi posisi Malang masih
dibawah Surabaya. Sifat tidak terima Arek Malang menjadi nomor dua
dibawah Arek Suroboyo ini membuat keduanya susah berjabat tangan.
Persaingan atas dasar pride ini berlanjut pasca melorotnya prestasi
Persema Malang, dimana Arema mengambil alih posisi rivalitas
Malang-Surabaya tersebut.
Pergulatan harga diri ini terlihat jelas
ketika Aji Santoso pindah dari Arema ke Persebaya, akhirnya Aji Santoso
pun dianggap pengkhianat oleh Aremania. Ketika Aji Santoso ingin kembali
ke Malang, ia pun harus melalui begitu banyak tim sebelum akhirnya
mengakhiri karirnya bersama Arema Malang. Ahmad Junaedi pun menjadi
korban rivalitas Aremania-Bonek. Ketika Ahmad Junaedi sudah menjadi
bintang sepakbola nasional dan dibeli Surabaya, maka ketika Persebaya
menawarkan Ahmad Junaedi untuk kembali ke Arema pun ditolak oleh
Aremania. Akhirnya Arema pun lebih memilih untuk mengasah bakat Johan
Prasetyo daripada memakai tenaga Ahmad Junaedi . Dalam hal simbol pun
tantangan kepada Bonek juga dikumandangkan. Dengan pemilihan simbol
singa menunjukkan bahwa di belantara Jawa Timur Arema ingin menjadi
nomor satu, diatas Ikan Sura dan Buaya.
Arema menjadi identitas resistensi daerah
terhadap pusat (Surabaya) , dimana melalui dialek jawa timur dengan
tatanan huruf yang dibalik pada osob kiwalan khas Malang seolah
menunjukkan bahwa Arema menjadi identitas kultural masyarakat Malang.
Selain itu Arema juga merupakan pemersatu warga kota Malang yang
sebelumnya terpecah pada beberapa desa/wilayah/daerah. Arek Malang
selalu berusaha membedakan dirinya dengan arek Suroboyo. Ketika arek
Suroboyo itu bondho nekad, maka arek Malang itu bondho duwit. Ketika
Bonek itu suka membuat kerusuhan, maka Aremania ingin menyebarkan virus
perdamaian. Konflik identitas juga menjadi lahan rivalitas kedua kubu
suporter besar Jawa Timur ini.
Kapitalisme Sepakbola
Secara
disadari atau tidak, fanatisme dan pertarungan kedua elemen suporter
ini menjadi makanan empuk bagi kapitalisme. Sepakbola boleh jadi hari
ini tidak hanya berbicara masalah sportivitas dan kesehatan, tetapi juga
merambah dalam dunia politik dan ekonomi. Industri sepakbola menjadi
salah satu bisnis yang menguntungkan bagi pengusaha-pengusaha kelas
kakap hari ini, tentu dengan syarat mereka bisa mengendalikan iklim
sepakbola itu sendiri.
Dalam hal konflik suporter di Jawa Timur,
boleh jadi media massa menjadi provokator dalam berbagai peristiwa
persepakbolaan di Jawa Timur. Sebagai contoh Jawa Pos misalnya, dimana
secara eksplisit menyatakan keberpihakannya kepada Persebaya Surabaya.
Dapat dimaklumi sebenarnya apabila melihat kantor redaksi yang berada di
Surabaya serta posisi penting para pengurus Jawa Pos dalam kepengurusan
Persebaya Surabaya. Dalam beberapa tulisan yang ada, Jawa Pos selalu
menampilkan porsi lebih kepada Persebaya, bahkan tidak jarang dukungan
kepada Bonek selalu mereka tuliskan dalam berita-beritanya.
PT Bentoel Prima Tbk yang pernah
mengakuisisi Arema juga merasakan betul dampak menguntungkan bisnis
sepakbola yang mereka bangun. Walaupun menghadapi hambatan begitu banyak
dari pesaingnya , tetapi secara materiil PT Bentoel Prima Tbk mengalami
keuntungan yang begitu besar dari sekedar pasang tulisan bentoel-arema
di kaos para pemain Arema.
Bisnis sepakbola inilah yang sedang
menguasai persepakbolaan modern hari ini. Di belahan dunia manapun,
modernisasi sepakbola diikuti dengan berkembang pesatnya industri
sepakbola. Dalam buku How Soccer Explains The World: An Unlikely Theory
of Globalization, Franklin Foer menuliskan bahwa virus globalisasi telah
merasuk kian dalam ke dunia sepakbola, dan faktor pride
(kebanggaan/fanatisme) menjadi faktor ekonomi yang sangat menguntungkan
bagi para kapitalis-kapitalis besar.
Kesimpulan
Modernisasi
dalam sepakbola secara tidak langsung diikuti oleh berkembangnya
kapitalisme dalam ranah sepakbola. Seolah-olah menjadi kapitalis adalah
syarat mutlak untuk mengembangkan sebuah persepakbolaan dalam negeri.
Melihat realitas di lapangan, bukan tidak mungkin hal diatas benar
adanya. Karena ketika mengembangkan sepakbola tanpa sokongan dana yang
kuat tentu akan membuat sebuah badan, klub, atau kompetisi menjadi
rontok. Hanya saja kekhawatiran muncul ketika suporter sepakbola
dijadikan obyek untuk mengkapitalisasi sepakbola tadi, dimana pada
akhirnya suporter sepakbola juga yang dipermasalahkan.
Terkadang, berdasarkan perbincangan dengan
kawan-kawan pemerhati sepakbola nasional, kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi di lapangan selalu diawali orang orang yang tidak jelas siapa
pelakunya. Sebagai contoh ketika terjadi kerusuhan di Madiun, baik
Aremania dan Laskar Sakera (pendukung Persekabpas Pasuruan) tidak tahu
menahu siapa yang memulai melempari batu-batu ke arah penonton. Tetapi
karena yang hadir di stadion saat itu adalah Aremania dan Laskar Sakera,
tentu pada akhirnya bentrok fisik tidak dapat dihindari. Efek pasca
kejadian hari itu adalah banyaknya toko-toko yang tutup di Madiun, image
PT Bentoel Arema Tbk juga tercoreng, dan entah mengapa beberapa hari
sesudahnya media massa begitu laku di pasaran.
Begitu pula yang terjadi saat kerusuhan
Bonek di Stadion Gelora 10 November di Surabaya beberapa tahun lalu.
Dimana mau tidak mau Aremania harus mengakui bahwa kemenangan PS Arema
atas Persebaya Surabaya hari itu cukup kontroversial, ada kesan wasit
memihak Arema. Kemenangan 2-1 untuk Arema pun harus dibayar mahal dengan
perusakan stadion dan beberapa fasilitas umum beserta kendaraan pribadi
oleh Bonek yang menonton hari itu.
Begitu banyaknya tangan-tangan tak terlihat
yang bermain-main diatas konflik suporter tentunya harus diwaspadai
oleh Aremania maupun Bonek. Jangan sampai begitu banyak orang mati
sia-sia saat pertempuran kedua suporter tersebut ternyata hanya menjadi
‘mainan globalisasi’ oleh segelintir orang yang ingin mengambil
keuntungan didalamnya. Untuk itulah perlunya melihat kembali sejarah
konflik antar kedua elemen suporter ini, supaya kejadian-kejadian
negatif dapat diminimalisir dan era baru yang lebih damai dapat
tercipta.
Kultur masyarakat Jawa yang melingkupi
konflik Aremania-Bonek seharusnya bukan menjadi kambing hitam atas
berbagai peristiwa yang terjadi. Sudah seharusnya dua elemen suporter
yang sudah dikenal akan militansinya ini berdamai dan menciptakan
suasana kondusif dalam persepakbolaan nasional. Sudah saatnya baik
Aremania maupun Bonek untuk mendewasakan diri dengan melihat dari
kacamata modernisasi dan sportivitas dalam mendukung tim kesayangannya.
Tidak ada salahnya Bonek turut bergabung dalam usaha mewujudkan suporter
Indonesia damai, sehingga mampu membuat suasana stadion begitu damai
dan orang tidak perlu takut untuk menyaksikan secara langsung
pertandingan sepakbola di tanah air.
AREMANIA
Arema memiliki pendukung fanatik yang
menamakan dirinya Aremania. Suporter setia tim berjuluk Singo Edan ini
dikenal dengan kreatifitas dan loyalitasnya dalam mendukung tim Arema
ketika bertanding. Suporter yang pernah dinobatkan sebagai the best
supprter di tahun 2000 ini kerap menyajikan atraksi-atraksi dan
kreatifitas yang luar biasa di stadion, baik ketika laga kandang maupun
tandang.
Kehadiran Aremania di stadion nuansa baru
bagi sepakbola Indonesia, bahkan ada celetukan bahwa tiket pertandingan
dibeli tidak hanya tidak hanya untuk menonton pertandingan tetapi juga
membeli tiket untuk menonton Aremania yang berkreasi dengan memadukan
gerakan serta nyanyian yang dilakukan secara massal yang di pimpin oleh
sang dirigen, Yuli Sumpil.
Ulah sportif dan kreatif yang digalang oleh
Aremania ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan kreatifitas
suporter ditanah air, suporter klub lain tak segan untuk meniru bahkan
berkreasi dengan caranya sendiri dalam mendukung klub kebanggaannya, hal
tersebut sedikit banyak mengurangi keributan yang kerap terjadi ketika
timnya bertanding.
Kebersamaan Aremania tidak hanya
ditunjukkan ketika berada di dalam stadion, di luar stadion pun mereka
juga membuktikan makna Salam Satu Jiwa dengan terlibat pada
kegiatan-kegiatan sosial yang bertujuan untuk meringankan beban salah
satu rekannya yang terkena musibah atau kegiatan lainnya.
Penonton Tidak Tertib, AFC Tegur PSSI
Jakarta - Sekretaris jenderal PSSI, Tri Goestoro,
mengakui adanya teguran dari Konfederasi Sepak bola Asia (AFC), atas
insiden yang terjadi di Riau, Kamis (5/7/12).
Sejumlah penonton melemparkan botol air minum ke lapangan saat Timnas Indonesia menghadapi Australia di Stadion Utama Riau, Pekanbaru, pada laga perdana Grup E Pra-Piala Asia U-22.
“Sudah ada teguran resmi dari AFC. Makanya kami imbau penonton untuk jadi tuan rumah yang baik,” jelas Try Goestoro, seperti dilansir situs resmi PSSI.
Pertandingan yang berakhir dengan kekalahan Indonesia 0-1 itu disaksikan sekitar 38 ribu penonton. Sejumlah pelanggaran yang dilakukan pemain Australia membuat para penonton mulai panas dan mulai melakukan pelemparan.
Penonton kian panas akibat ulah pemain Australia sepuluh menit jelang laga usai. Seorang pemain melemparkan botol yang terserak di lapangan ke pinggir, ke arah penonton. Aksi ini ditanggapi sebagai tantangan oleh sejumlah penonton sehingga lebih banyak lagi botol air minum beterbangan ke lapangan.
“Apapun alasannya, penonton tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh aturan. Apalagi melempar sesuatu ke arah lapangan. Yang rugi kita sendiri,” tukas Tri Goestoro.
Ancaman AFC tidak main-main. Jika insiden terulang kembali, seluruh pertandingan bisa dibatalkan.
''Jadi saya imbau penonton untuk menjaga nama baik Pekanbaru, Riau dan reputasi Indonesia di mata internasional. Saya yakin dan percaya, penonton di Pekanbaru sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas,” tuntasnya.
PSSI sebelumnya juga mendapat hukuman dari Komisi Disiplin AFC akibat tak mematuhi keputusan terkait pembayaran.
Sejumlah penonton melemparkan botol air minum ke lapangan saat Timnas Indonesia menghadapi Australia di Stadion Utama Riau, Pekanbaru, pada laga perdana Grup E Pra-Piala Asia U-22.
“Sudah ada teguran resmi dari AFC. Makanya kami imbau penonton untuk jadi tuan rumah yang baik,” jelas Try Goestoro, seperti dilansir situs resmi PSSI.
Pertandingan yang berakhir dengan kekalahan Indonesia 0-1 itu disaksikan sekitar 38 ribu penonton. Sejumlah pelanggaran yang dilakukan pemain Australia membuat para penonton mulai panas dan mulai melakukan pelemparan.
Penonton kian panas akibat ulah pemain Australia sepuluh menit jelang laga usai. Seorang pemain melemparkan botol yang terserak di lapangan ke pinggir, ke arah penonton. Aksi ini ditanggapi sebagai tantangan oleh sejumlah penonton sehingga lebih banyak lagi botol air minum beterbangan ke lapangan.
“Apapun alasannya, penonton tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh aturan. Apalagi melempar sesuatu ke arah lapangan. Yang rugi kita sendiri,” tukas Tri Goestoro.
Ancaman AFC tidak main-main. Jika insiden terulang kembali, seluruh pertandingan bisa dibatalkan.
''Jadi saya imbau penonton untuk menjaga nama baik Pekanbaru, Riau dan reputasi Indonesia di mata internasional. Saya yakin dan percaya, penonton di Pekanbaru sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas,” tuntasnya.
PSSI sebelumnya juga mendapat hukuman dari Komisi Disiplin AFC akibat tak mematuhi keputusan terkait pembayaran.
Solidaritas aremania jalur gaza
SALAM SATU JIWA AREMA INDONESIA AREMANIA AREMANITA SEJAGAT RAYA
DI MANA PUN BERADA
Dalam Partisipasinya Dan Solidaritas Sesama AREMANIA AREMANITA Untuk Korban musibah Kecelakaan (( sam Galih/Bujel ARemania ))
Keluarga Besar AREMANIA JALUR GAZA Berencana Mengedarkan Sticker JALUR GAZA Dengan
Imbalan Berupa Sumbangan Se Iklas Nya.
Dan Dana Hasil Dari Stiker Tersebut Nantinya Akan Di Kumpulkan Dan Di Serah Kan Kepada Keluarga Korban. semoga Rencana Ini Mendapat Ridho Allah Swt (Amin).
Bagi Dolor Dolor Yang Berminat Terutama AREMANIA AREMANITA wilayah Jalur Gaza Monggo bisa langsung menghubungi:
-Sam Borju (089 677 207 987)
-Sam Temon (085 755 259 507)
-Sam aris (085 646 383 534)
-Sam joy (087 754 447 614)
NB :
Bagi yang pengen nyumbang bisa lewat transfer ke Rek BRI 6487 0101 330 5530 (UNIT Cabang Purwosari) A/n JULIADI
#Setelah transfer harap konfirmasi by sms ke 089 677 207 987 (sam BORJU)
dan bagi yg mau nyumbang secara tunai bisa langsung konfirmasi ke tiga nomer HP admin di atas.
NOWUS HEBAK Salam Satu Jiwa
DI MANA PUN BERADA
Dalam Partisipasinya Dan Solidaritas Sesama AREMANIA AREMANITA Untuk Korban musibah Kecelakaan (( sam Galih/Bujel ARemania ))
Keluarga Besar AREMANIA JALUR GAZA Berencana Mengedarkan Sticker JALUR GAZA Dengan
Imbalan Berupa Sumbangan Se Iklas Nya.
Dan Dana Hasil Dari Stiker Tersebut Nantinya Akan Di Kumpulkan Dan Di Serah Kan Kepada Keluarga Korban. semoga Rencana Ini Mendapat Ridho Allah Swt (Amin).
Bagi Dolor Dolor Yang Berminat Terutama AREMANIA AREMANITA wilayah Jalur Gaza Monggo bisa langsung menghubungi:
-Sam Borju (089 677 207 987)
-Sam Temon (085 755 259 507)
-Sam aris (085 646 383 534)
-Sam joy (087 754 447 614)
NB :
Bagi yang pengen nyumbang bisa lewat transfer ke Rek BRI 6487 0101 330 5530 (UNIT Cabang Purwosari) A/n JULIADI
#Setelah transfer harap konfirmasi by sms ke 089 677 207 987 (sam BORJU)
dan bagi yg mau nyumbang secara tunai bisa langsung konfirmasi ke tiga nomer HP admin di atas.
NOWUS HEBAK Salam Satu Jiwa
Langganan:
Postingan (Atom)