Pages

Bukankah kita satu........?

Sudah hampir kurang lebih tiga bulan mungkin klub-klub di Indonesia libur dari kompetisi. Sudah selama itu juga saya tidak melihat Arema berlaga di lapangan hijau.  Jangan kalian Tanya seberapa rindukah saya melihat para singo edan itu, seberapa deg-deg an nya saya menanti keputusan demi keputusan yang ada dalam tubuh Arema. baik dari transfer pemain, manajement dan yang paling hangat-hangatnya di bicarakan sekarang adalah tentang dua kubu yang terdapat dalam tubuh Arema.

Terus terang, saya tidak begitu menyimak berita tentang dua kubu itu. toh menurut saya yang jelas sebagai orang awam, mau kubu manapun yang mereka junjung tetap Arema. yang mereka tanam di hati mereka adalah cinta Arema. dan yang mereka mau adalah untuk memajukan Arema.
Mengapa saya begitu yakin.?

Sebenarnya bukan soal yakin atau tidaknya, tetapi lebih mencoba berfikir positif. Dan jika kalian Tanya siapa yang saya dukung, ya saya dukung Arema yang mempunyai supporter loyalitas tanpa batas seperti Aremania dan Aremanita. simple kan.?

Karena bukankah seharusnya begitu? Karena kita telah terikat SATU.  Satu dalam semangat, satu dalam rasa kagum dan satu dalam ucap salam yaitu “salam satu jiwa”? bukankah tidak pernah terhitung seberapa sering kita mengucapkan “Salam Satu Jiwa” jika kita bertemu teman kita sesama aremania dan aremanita? Bahkan bukan hanya antar supporter Arema, tetapi juga para pemain Arema pun sering kali dengan bangga berucap seperti itu. atau, apakah sudah hilang rasa SATU JIWA kalian hingga ada beberapa teman yang saling mencaci maki hanya karena munculnya dua kubu itu...?

Mengapa kita seakan ada yang terprovokasi karena adanya dua kubu itu? mengapa kita tidak berdoa saja, bahwa siapa pun yang nantinya terpilih menjadi pengurus Arema, baik dari kubu RK dan M.Nur akan menjadi seseorang yang benar-benar akan memajukan tim kesayangan kita yaitu Arema.

Sekarang, mari nawak. Dimanapun kalian berada. Dimanapun kalian menumbuhkan rasa cinta kalian terhadap Arema, seberapa jauhnya kalian dengan tim yang berjuluk singo edan itu, kembalilah kita focus mendukung Arema. men-support baik para pemain yang masih bertahan di Arema dan juga mereka yang baru bergabung dengan Arema. coba lupakan sejenak masalah itu, mari kita bangun kreativitas baru untuk Arema di liga yang akan datang. Kerahkan lagi semangat kalian untuk menyanyikan yel-yel untuk Arema kita. Arema tercinta.

lalu, jangan pernah kita lupa untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal untuk para pemain yang sudah memilih  untuk meniggalkan Arema dan bergabung dengan tim lain.
Terima kasih untuk kalian telah membuat kami semua bangga karena telah memiliki ‘singa’ semacam kalian. Semoga kalian sukses di sana dan tidak melupakan kami yang pernah begitu mencintai kalian karena telah pernah menjadi bagian dari jiwa kami, jiwa Arema.

dan, selamat datang untuk singa-singa Arema yang baru. Selamat merasakan euforia yang maha dahsyat dari kami, AREMANIA AREMANITA. Selamat merasakan jatuh cinta untuk tim kebanggaan kami. Yaitu AREMA.

SALAM SATU JIWA.......!!!!!!!

“Kami Arema, SALAM SATU JIWA di Indonesia kan slalu ada slalu BERSAMA, untuk kemenangan, KAMI A..RE..MA…”

Aremania Mengadu ke Inep


MALANG
Akhirnya terwujud keinginan Aremania se Malang Raya untuk bisa menyampaikan aspirasinya secara langsung pada Wali kota Malang, Peni Suparto. Enam perwakilan Aremania diterima langsung oleh orang nomor satu di Pemkot Malang ini di Balai Kota Malang, siang kemarin.

Sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, Aremania tidak pernah bisa menemui Inep, panggilan akrab Peni Suparto. Hal itu disebabkan Inep berada di luar negeri. Tetapi sesampainya di Malang, Senin (26/9) malam kemarin, Inep langsung meminta untuk bisa bertemu dengan Aremania. Bahkan secara khusus, Inep kemarin meluangkan waktu untuk bertemu suporter fanatik Arema itu.

‘’Saya sebenarnya pengen jagongan yang gayeng dengan perwakilan Aremania di guest house. Tapi karena Aremania meminta bertemunya di balaikota, tidak masalah. Masio nang guest house wes tak siapke kopi,’’ kata Inep saat menerima Aremania di ruang rapat di sebelah ruang kerjanya.

Dalam pertemuan itu, Aremania diwakili Arif Panjul, Achmad Klayatan, Arif Gibas, Doni Blimbing, Oscar Panjen dan Iin Onoyid. Sementara puluhan Aremania lainnya menunggu di halaman balaikota.
Saat bertemu itulah, Aremania benar-benar menumpahkan uneg-unegnya. Mulai dari ketidakpercayaan mereka terhadap Muhamad Nur, karena dinilai sudah menelantarkan Arema sekian lama, sampai dukungan mereka terhadap Arema yang dimotori tiga Dewan Pembina Yayasan. Rendra Kresna-Iwan Kurniawan-Eddy Rumpoko.

Tidak ketinggalan pula, Aremania meminta agar Inep mencabut kembali keputusannya yang mengizinkan kubu Muhamad Nur menyewa Stadion Gajayana, sebagai home base Arema musim depan.

‘’Saya saat ini tidak menolak tapi juga tidak menerima tuntutan Aremania. Tapi secepatnya kami akan mengeluarkan keputusan bagi Aremania yang terbaik. Paling lambat besok sore (sore ini, Red) pasti ada keputusan. Sebab, kami juga akan bahas hal ini dengan dinas terkait. Sebab, dalam peraturan pengelolaan, siapapun berhak menyewa Stadion Gajayana,’’ terang Inep.

Keputusan itu tampaknya mengerucut pada wacana untuk penangguhkan pemakaian Stadion Gajayana. Hal itu menyimak pada pendapat Aremania, jika Inep tidak bisa menolak siapapun yang ingin menyewa stadion di pusat kota tersebut.

’’Aku ngerti wektu. Wes ojok kuatir. Sesok sore paling suwe, wes onok keputusan. Aku iki bapakmu. Aku juga tidak mau Arema sampai tidak tampil di ISL. Arema harus diselamatkan,’’ kata dia.
Aremania sendiri meminta Inep benar-benar memperhatikan kondisi yang ada di grassroot. Karena dalam situasi seperti sekarang, rentan terhadap gesekan-gesekan, yang bisa berakibat fatal.

‘’Jujur, masalah ini membuat kami resah. Kami sudah lelah dan capek sekali. Kemarin, kami juga sampaikan pertanyaan mengapa PSSI justru mengesahkan kubu Muhamad Nur, mengapa tidak melihat fakta yang ada di Malang. Sampai saat ini, kami tidak percaya dengan PSSI. Jadi, kami memohon bantuan Pak Peni, karena kami semua mengetahui, Pak Peni adalah ebese Arek Malang, karena itu kami ingin sampaikan hal ini,’’ terang Arif Gibas diamini Achmad Klayatan.

Menanggapi hal ini, Inep kembali menegaskan, dia tidak bisa langsung mencabut kembali keputusan itu, karena bisa terbentur dengan hukum. Artinya, pihak penyewa bisa menuntutnya ke pengadilan. Karena itu akan menimbulkan persoalan yang berat dan efek negatif terhadap masyarakat Kota Malang umumnya di kemudian hari.

‘’Kalau dicabut, saya yang kena tuntutan hukum. Karena Stadion Gajayana ini bisa disewakan untuk umum, semuanya bisa mempergunakannya. Kalau sudah masalah hukum tidak bisa dibackup siapapun,’’ ucapnya sambil tersenyum.

Termasuk, dia mengakui dirinya tidak mau terlibat dalam permasalahan dualisme Arema. Sebab, mantan dosen ini khawatir ini justru akan menimbulkan masalah baru. Namun, sebagai arek Malang, Inep juga ingin Arema ini terselamatkan.

‘’Saya hanya menyarankan agar kedua kubu ini bisa bersatu. Bahkan, saran saya juga dipakai, ketika Pak Rendra diundang Pak Nur ke Surabaya. Saya memang tidak ikut datang, saya khawatir di Aremania kemudian muncul pandangan Pak Peni iku melok endi (ikut siapa, Red),’’ pungkas pria yang akrab disapa Inep ini memberi sinyalemen untuk tetap mambantu Aremania.

Tampaknya, sikap Inep tersebut bukan semata-mata lips service. Terbukti setelah menerima Aremania, dia langsung memanggil pejabat terkait. Sumber Malang Post di lingkungan Pemkot Malang menyebut, seluruh SKPD yang terkait dengan stadion, perizinan dan bagian hukum dipanggil.
Bukan itu saja, kemarin juga Inep langsung meninjau kondisi Stadion Gajayana yang memang dalam taraf renovasi. Terutama perbaikan rumput lapangan.

Zulkifli berlabug di persib

Aremania tampaknya sudah harus benar-benar melupakan bek kanan Arema Zulkifli Syukur. Kemarin sore (23/9), pemain tim nasional tersebut sudah resmi bergabung dengan Persib Bandung. Zulkifli sudah berlatih bersama Persib di Stadion Siliwangi, kemarin sore. Dalam latihan itu, Zulkifli menggunakan nomor punggung 17.

Setelah menjalani negoisasi yang alot, Zulkifli pun resmi menjadi pemain ke-25 yang sukses didatangkan Maung Bandung--julukan Persib. Bergabungnya Zulkifli tentu menambah kekuatan lini belakang di tim besutan Drago Mamic tersebut. Persib pun kian percaya diri menatap kompetisi musim depan.

Manajer Persib Umuh Muchtar mengatakan, bahwa Zulkifli resmi bergabung dan telah menandatangani kontrak tadi malam di kantor PT PBB, Jalan Sulanjana Bandung. Ia menjelaskan, perekrutan pemain asal Makassar ini sudah menjadi target awal manajemen, untuk menggantikan peran Gilang Angga Kusuma yang hengkang ke Persema Malang beberapa waktu lalu.

"Zulkifli sudah deal dengan kita. Dia akan tandantangan kontrak setelah Maghrib ini (tadi malam). Sebenarnya sejak tanggal 19, dia sudah di-acc (accept, terima). Kita memang sudah lama ingin mendatangkan dia dan ini sesuai permintaan pelatih untuk menambah pemain di lini belakang," ujarnya sebagaimana dilaporkan Radar Bandung (Jawa Pos Group/JPNN) usai sesi latihan di Stadion Siliwangi kemarin.

Sementara itu, Zulkifli mengaku senang karena akhirnya bisa bergabung bersama Maung Bandung. Ia mengatakan, keterlambatannya bergabung lantaran menyelesaikan beberapa urusan administrasi dengan Arema, yang masih belum tuntas.

"Iya, saya akan bermain di Persib musim depan. Selepas Maghrib saya akan tandatangan kontrak. Alhamdulillah, urusan administrasi saya dengan Arema sudah selesai dan bisa bergabung bersama Persib. Saya senang berada di sini, mudah-mudahan saya bisa memberikan kontribusi positif bagi Persib musim depan," beber pemain asal Makassar tersebut.

Pemain Arema Gundah

MALANG -
Mayoritas pemain Arema tengah bimbang. Itu karena mereka diminta untuk segera menandatangani kontrak secara penuh dengan pihak Rendra Kresna melalui Iwan Budianto. Di sisi lain, mereka sudah mengetahui jika PSSI menunjuk Ketua Yayasan Muhammad Nur sebagai pengelola yang legal.

Berdasarkan informasi yang diterima Radar Malang (Jawa Pos Group/JPNN), sejumlah pemain diminta datang di mes Arema kemarin malam. Agendanya pembicaraan kontrak dengan manajemen di bawah kendali Rendra Kresna. Hanya, mayoritas pemain menolak melakukan tandatangan tersebut.

"Iya, benar, kami memang diminta untuk segera melakukan tandatangan kontrak. Waktunya ditunggu sampai Sabtu (hari ini, Red). Tapi tentu saja kami harus pikir-pikir. Apalagi kami juga sudah tahu Arema yang sah sekarang di pihak M Nur," ujar salah satu pemain ketika menghubungi Radar Malang, tadi malam (23/9).

Karena kebingungan itulah, lima pemain tadi malam langsung menuju rumah pendiri Arema Lucky Adrianda Zainal. Dari lima pemain itu, terdapat tiga pemain lokal dan dua pemain asing. Pertemuan dilakukan dalam waktu sekitar satu jam.

Tidak jelas apa yang diperbincangkan karena pertemuan tersebut tertutup bagi wartawan. Sejumlah wartawan cetak, televisi, dan media online hanya menunggu di depan rumah Lucky. Hingga akhir pertemuan, pemain langsung bergegas menuju ke kendaraan masing-masing.

"Bagaimanapun kami juga menunggu kepastian. Saat ini sudah jelas Arema di bawah kendali M Nur yang legal oleh PSSI. Jujur saja, di saat tim lain sudah membangun tim, kami masih harus dipusingkan dengan keadaan ini," ujar salah satu pemain yang wanti-wanti namanya tidak disebutkan.

Dia menyatakan kekompakan tim yang sudah terbangunlah yang menyebabkan dia tidak mau meninggalkan tim kebanggaan Aremania tersebut. "Tapi saya tidak mau itu (meninggalkan Arema). Saya mau kompak dengan teman-teman lainnya," ujar pemain ramah tersebut.

Pemain lainnya menyatakan bagaimanapun jika kemungkinan terburuk dia harus keluar dari Arema, maka hal tersebut adalah hal yang sangat berat bagi dia. Pemain yang sudah mendapat uang tanda jadi sebelum lebaran lalu itu menyatakan bagaimanapun dia dibesarkan di tim berjuluk Singo Edan tersebut.

"Tidak bisa dipungkiri, kami dibesarkan tim pelatih disini. Namun, kami tahu, jika kami salah langkah dengan melakukan tandatangan dengan salah satu pihak,kami bisa saja tidak dipakai di pihak lain, dan karir kami bakalan tamat," ujar pemain potensial tersebut.

Berdasarkan informasi yang diterima Radar, pemain datang ke rumah Lucky untuk mempertanyakan kejelasan nasib mereka di Arema. "Pemain mempertanyakan nasibnya setelah tahu keputusan PSSI. Sam Ikul (sapaan Lucky) hanya bilang ke pemain tetap fokus dan konsentrasi latihan," ucap sumber tersebut. "Pemain juga menanyakan keputusan PSSI dan tawaran kontrak penuh dari Iwan Budianto," lanjut sumber tersebut.

Sumber tersebut juga mengatakan Lucky juga menegaskan ke pemain bahwa tim Arema adalah sekumpulan pemain-pemain tersebut. "Karena tim Arema adalah kalian. Kalian tidak usah terpengaruh terhadap situasi di luar lapangan. Apapun, yang akan membela panji Arema adalah kalian," tandas sumber tersebut menirukan ucapan Lucky.

Duo Arema Ke Persib, Ahmad Bustomi Menyusul?

Sempat terkesan lamban, Persib Bandung terus menggeliat dengan cara mendatangkan sederet pemain papan atas Superliga Indonesia.

Sebut saja Aliyudin, Tony Sucipto, M Ilham, M Nasuha, dan Jendri Pitoy resmi berkostum Biru-Putih kebanggaan bobotoh. Terakhir eks Arema Indonesia Zulkifly Syukur dan Hendra Ridwan sudah mengikuti sesi latihan Maung Bandung di bawah komando pelatih anyar asal Kroasia Drago Mamic dan malam ini direncanakan bakal meneken kontrak.
Meski sang Pangeran Biru sudah bertabur bintang dan senyum lebar terpasang di bibir bobotoh melihat persiapan tim yang jauh lebih mulus jika di bandingkan dengan musim lalu, masih saja ada spekulasi transfer bintang lain salah satunya idola Aremania, Ahmad Bustomi.

Ketika dihadapkan dengan spekulasi tersebut, gelandang andalan tim nasional Indonesia itu bereaksi dengan menuliskan "Ehemmm...." melalui twitter.

Tak jelas juga maksud dari tulisan tersebut tetapi satu hal bisa dipastikan, geliat transfer Maung Bandung belum akan berhenti. Satu slot pemain asing dari Asia masih tersedia, belum lagi indikasi yang diperlihatkan Mamic terkait kekhawatirannya di sektor pertahanan tim

pemain pertanyakan kejelasan dari manajemen

Dengan ditunjuknya M. Nur sebagai pengelola Arema Indonesia, Sejumlah pemain tim Singo Edan menuntut kejelasan status mereka di tim tersebut.

"Saya dan teman-teman secara pribadi tidak mempermasalahkan siapapun yang memimpin Arema, namun diharapkan adanya kejelasan status pemain agar bisa membawa Arema lebih baik lagi," ujar pemain sayap Arema, T.A. Musafri.

Musafri mengaku, kejelasan status sangatlah penting, karena bisa menjaga kondisi permainan, sebab dalam setiap pertandingan atau latihan pemain bisa terkena berbagai risiko.

Sementara pemain lainnya, Ahmad Bustomi, tidak ingin berkomentar banyak terkait keputusan PSSI yang menunjuk M Nur sebagai pengelola tim itu di kompetisi mendatang.

"Maaf mas, keputusan itu belum jelas, dan saya akan berkomentar jika pengurus terpilih dari PSSI sudah menemui para pemain," ucap Bustomi.

Menanggapi keluhan para pemain, pendiri Arema, Lucky Adrianda Zaenal mengaku akan segera menyelesaikan kontrak seluruh pemain.

Lucky mengatakan, setelah surat keputusan PSSI diterima pihaknya, maka tugas utama yang dilakukan adalah segera menyelesaikan kontrak pemain.

"Tugas utama saat ini adalah segera melakukan penyelesaian kontrak pemain, agar semua pemain tidak dihinggapi rasa kebingungan tentang masa depannya," katanya.

287 Korwil Aremania Klaim Tolak M Nur

Keputusan PSSI, yang memutuskan kubu M Nur berhak kelola Arema, ditingkat suporter Aremania masih menjadi masalah. sebanyak 287 Korwil Aremania yang ada di Malang Raya, mengklaim tetap menolak M Nur kelola Arema.

Pengakuan ada 287 Korwil Aremania di Malang Raya tetap setia mendukung kubu Rendra Kresna, dan menolak M Nur kelola Arema itu disampaikan Aguk, Korwil Aremania, Kota Malang, saat ditemui wartawan di gedung DPRD Kota Malang, Jumat (23/9/2011), saat akan bertemu pihak dewan.
Menurut Aguk, yang didampingi Korwil Aremania lainnya, di ruang tunggu DPRD Kota Malang, semua Korwil Aremania dengan tegas menolak kubu M Nur. "Totalnya ada 287 korwil di Malang. Pokoknya semua Korwil Aremania menolak M Nur," klaimnya tegas.

Menyikapi keputusan PSSI, Aguk menilai, bahwa orang PSSI itu adalah orang LPI. Karenanya, wajar PSSI memutuskan kubu M Nur yang sah kelola Arema. "Pak Nur adalah orangnya PSSI. Pak Nur dekat dengan LPI. Wajar PSSI menerima kubu M Nur. Pokoknya, kondisi di lapangan Aremania menolak M Nur," tegasnya.

Aguk mengaku, pihaknya tak habis pikir, mengapa baru saat ini M Nur ngotot ingin mengelola Arema, setelah ada investor. Sejak dulu mengapa mereka tak ingin tahu kondisi Arema. "Saat ini Pak Nur sok jadi pahlawan saat ada investor masuk ke Arema," katanya.

Lebih lanjut Aguk juga mengancam, kalau kubu M Nur tetap memakai Stadion Gajayana, Aremania akan kembali turun jalan dengan massa yang lebih besar. "Bahkan kami akan ke Jakarta, Aremania se- Jabotabek akan ikut demo di Jakarta untuk menolak M Nur nantinya," akunya.

Sementara itu, kondisi di kantor Arema, di Jl Sultan Agung, No 9, Kota Malang, sejak Jumat (23/9/2011) pagi hingga siang, terlihat puluhan personel kepolisian masih berjaga-jaga di depan kantor Singo edan itu.
Selain itu, di beberapa sudut pagar depan kantor Arema, masih terlihat berbagai spanduk bertuliskan penolakan kepada kubu M Nur dan juga pendiri Arema Lucky Adrianda Zainal alias sam Ikul serta Siti Nurzanah.

Ternyata Logo Kepala Bonek Asli Arek Ngalam Ker!

Salah satu pahlawan kemerdekaan yang cukup dikenal di Lamongan yakni Kadet Soewoko. Dia dikenal dengan kisah perjuangannya yang sangat heroik ketika menghadapi agresi Belanda ke-II pada 1949.
Soewoko sebenarnya bukan asli Lamongan, tetapi kelahiran Desa Lumbangsari Kecamatan Krebet Malang pada 1928. Setelah lulus sekolah kadet di Malang, dia kemudian ditugaskan menjadi komandan regu I seksi I kompi I pasukan tamtama Kdm (Kodim) Lamongan.
Dia meninggal pada 9 Maret 1949 dalam suatu pertempuran yang sengit melawan tentara Belanda di wilayah Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran. Berarti dia meninggal pada usia yang baru 21 tahun dan belum menikah.

Berdasarkan catatan sejarah Kodim 0812 Lamongan, kisah nyata yang heroik perjuangan Kadet Soewoko tersebut terjadi pada hari Minggu, 9 Maret 1949 menjelang siang. Ketika sedang beristirahat di sebuah langgar di Desa/Kecamatan Laren, regu Kadet Soewoko mendapat laporan penduduk kalau ada truk tentara Belanda yang terperosok di parit wilayah Desa Parengan (dulu masuk Kecamatan Sekaran, sekarang masuk Kecamatan Maduran). Truk tersebut mengangkut 12 serdadu Belanda.
Saat itu anggota regu Soewoko berjumlah delapan orang, namun hanya memiliki 7 senjata api peninggalan Jepang. Mereka kemudian sepakat akan menyerang tentara Belanda tersebut. Satu anggotanya bernama Soemarto ditinggal karena jumlah senjata hanya tujuh.
Regu Soewoko kemudian naik perahu dan menyusuri tangkis Bengawan Solo sebelah utara menuju lokasi serdadu Belanda yang kemudian diketahui dari pasukan gajah merah. Para Belanda tersebut melepas bajunya dan hanya memakai halsduk (kacu leher) warna merah.
Regu Soewoko kemudian merayap melewati kebun bengkowang mendekati lokasi Belanda yang berada di tempat terbuka di tengah sawah tersebut. Mereka sepakat akan menyerang dengan tembakan salvo kalau sudah sampai jarak tembak yang tepat.
Begitu mendekati sasaran tembak, tiba-tiba datang truk power wagon berisi penuh serdadu Belanda untuk membantu truk yang terperosok parit itu. Sehingga kekuatan Belanda menjadi berlipat sekitar 37 orang.
Meski kekuatan lawan berlipat, ternyata regu Soewoko tidak nyiut nyalinya. Mereka tetap melakukan serangan gencar. Beberapa serdadu Belanda langsung terjungkal ditembak regu Soewoko.

Serdadu Belanda panik dan melakukan perlawanan memakai senjata yang lebih lengkap dan modern. Regu Soewoko menjadi terdesak. Mereka kemudian berencana mundur. Tetapi upaya tersebut tidak bisa dilakukan, karena diam-diam sebagian serdadu Belanda melakukan taktik penghadangan dengan bergerak memutar ke belakang regu Soewoko. Merasa terkepung, Soewoko memutuskan menerobos kepungan musuh meuju Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran.

Dua orang anggota regu berhasil menerobos kepungan musuh, satu orang pura-pura mati dan nahas bagi Soewoko yang tertembak kedua bahunya dan tergeletak tidak mampu melakukan perlawanan.
Beberapa serdadu Belanda kemudian mendekati dan menanyakan namanya dengan bentakan. Soewoko pada saat itu mengaku bernama Soewignyo. Dia kemudian diajak ikut ke pos Belanda di Sukodadi tetapi tidak mau. Dia bahkan berkata ”Saya tidak mau menyerah, bunuh saya..!. Serdadu Belanda marah, kemudian menusuk dada kiri Soewoko dan ditembak pipinya sehingga langsung gugur. Dia bersama tiga anggota regunya yang lain yang gugur dalam pertempuran itu langsung dimakamkan oleh warga setempat di desa itu tanpa dimandikan karena dinilai mati syahid. Adegan heroik itu disaksikan anggota regunya yang pura-pura meninggal. Jenazah Kadet Soewoko bersama tiga temannya tersebut kemudian dipindah ke taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Lamongan.

Kisah heroik Kadet Soewoko tersebut kemudian diabadikan dengan dibangunnya patung Kadet Soewoko pada 1975 dan kata-katanya terakhir juga dipahatkan di patung tersebut. Patung itu terletak di pintu masuk Kota Lamongan sebelah timur. Salah satu jalan protokol di Kota Lamongan juga diberi nama Jalan Soewoko. ”Empat anggota regu Kadet Soewoko yang yang masih hidup, kemudian bertugas ke luar Lamongan, ada yang di Bandung, Jakarta, dan Malang,” kata Pasi Teritorial Kodim 0812 Lamongan, Kapten Arh GN Putu Ardana.

Wajah Kadet Soewoko ternyata kemudian juga menjadi inspirasi logo group suporter Bonekmania Persebaya Surabaya dan LA Mania Persela Lamongan. Kalau Bonekmania memakai ikat kepala, sedangkan untuk LA Mania memakai blangkon. ”Logo Bonekmania dan LA Mania tersebut dibuat oleh warga Lamongan bernama Ridwan, warga keset dekat patung Kadet Soewoko. Gambarnya sebagai pemenang dalam lomba pembuatan logo bonekmania yang digelar Jawa Pos sekitar 1986, begitu pula dengan LA Mania. Dia membuat gambar logo tersebut memakai inspirasi wajah patung Kadet Soewoko tersebut,” ungkap ketua LA Mania, Ainy Hidayat.
Dayat menambahkan, dulu setiap tahun digelar napak tilas Jadet Soewoko setiap menjelang 17 Agustus, tetapi sayang, sejak 1992 kegiatan tersebut tidak pernah digelar lagi.

So masih pantaskah bonek terus menerus mencela leluhurnya!!!!!

Wes, itreng gak?
Ayas oleh teko kanyab sumber……..
Salam Satoe Jiwa

Penyakit Sosial Bernama Bonek

Sudah cukup lama kelompok pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya yang menamakan dirinya Bonek atau Bondho Nekat (Modal Nekat) tidak membuat ulah. Sepanjang akhir pekan lalu mereka kembali membuat keonaran.

Itu dimulai ketika mereka hendak berangkat ke Bandung untuk menyaksikan pertandingan kesebelasan kesayangan mereka melawan Persib Bandung. Mereka menjadikan kereta api yang ditumpangi sebagai kendaraan penyebar ketakutan.

Sepanjang perjalanan dari Surabaya menuju Bandung, mereka meneror setiap kota yang disinggahi. Dengan seenaknya mereka melempari batu dari dalam kereta tanpa memikirkan tindakan mereka merusak barang milik orang lain atau bahkan mencelakai orang lain.

Ketika tiba di Bandung dan menyaksikan pertandingan, mereka tidak berhenti membuat ulah. Akibatnya sesudah pertandingan terpaksa mereka dipulangkan dengan kereta api khusus agar semua keonaran bisa segera berakhir.

Namun persoalan tidak hanya selesai dengan penanganan seperti itu. Dalam perjalanan pulang pun, para Bonek tetap meneror masyarakat yang mereka lewati. Sebagai reaksi atas tindakan mereka, masyarakat pun membalas dengan melempari para Bonek yang sedang melaju di atas kereta api khusus.

Kita ingin mengingatkan bahwa kejadian seperti ini tidak bisa dianggap sebagai sebuah kenakalan biasa. Ini merupakan penyakit sosial dari masyarakat yang merasa tidak memiliki eksistensi dan ingin mendapat pengakuan.

Penyebab dari hilangnya eksistensi adalah karena mereka merasa menjadi manusia yang tidak berguna. Mereka terimpit secara ekonomi sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu ataupun mendapatkan pekerjaan. Ketika itu bertemu dengan kultur masyarakat Surabaya yang terbuka dan berada dalam kelompok yang sama, maka ekspresinya menjadi begitu negatif.

Fenomena seperti itu pernah dialami oleh bangsa Inggris. Mereka menjadi masyarakat yang beringas ketika menjadi pendukung tim  sepak bola. Akibatnya berbagai kejadian tragis harus mereka alami mulai dari Tragedi Hillsborough di mana puluhan orang mati di lapangan karena terjepit di antara penonton yang beringas dengan pagar yang kokoh di pinggir lapangan serta Tragedi Heysel saat pendukung Liverpool bentrok dengan pendukung Juventus.

Atas berbagai peristiwa yang mencoreng nama baik Inggris, pemerintah negara itu mengambil tindakan. Bukan dengan melarang orang menonton pertandingan sepak bola atau mengerahkan petugas keamanan dalam jumlah yang banyak, tetapi mempelajari akar persoalan dari penyakit sosial yang satu itu.

Jawabannya adalah dengan mengedukasi masyarakat. Selain itu, masyarakat diarahkan untuk melakukan hal-hal yang produktif dan itu tidak bisa lain dengan memberikan pekerjaan.

Manusia akan merasa menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang berguna apabila mereka mempunyai pekerjaan. Entah itu dalam artian pekerjaan yang bisa menghidupi diri dan keluarganya atau pekerjaan dalam arti kesempatan menuntut ilmu. Kita akan merasa tidak berarti ketika tidak mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan.

Pada sebagian masyarakat kita, kondisi seperti itulah yang sedang dihadapi. Jumlah anak yang putus sekolah sangatlah tinggi. Jumlah orang yang masih menganggur angkanya juga tinggi.

Kita seringkali mencoba untuk menutupi kenyataan itu. Seakan sebuah aib besar ketika melihat tingginya jumlah anak yang putus sekolah maupun masih menganggur. Laporan yang disampaikan tidak pernah berani untuk menyebutkan realita yang sesungguhnya ada di tengah masyarakat kita.

Munculnya kembali fenomena bonek sepantasnya mengugah kesadaran kita akan munculnya kembali penyakit sosial di tengah masyarakat kita. Banyak warga yang frustasi menghadapi hidup ini dan ekspresinya begitu negatif.

Tindakan negatif itu sendiri ada yang dilakukan secara terbuka seperti ulah para bonek, tetapi ada yang tidak terlihat tetapi juga merugikan. Pembobolan kartu penarikan uang tunai yang juga sedang ramai terjadi sekarang ini merupakan salah satu contohnya.

Tanggung jawab perbaikan kondisi yang tidak baik ini tentu bukan hanya menjadi tugas pemerintah pusat. Namun pemerintah pusat harus menjadi pendorong bagi dilakukannya  perbaikan secara mendasar.

Kita harus menjadikan setiap individu warga menjadi orang-orang yang berguna. Bagi mereka yang masih dalam usia belajar, maka mereka harus mendapatkan kesempatan untuk menempuh ilmu secara baik. Jangan biarkan anak-anak harapan bangsa kehilangan kesempatan untuk menimba ilmu. Mereka harus benar-benar menjadi aset dari bangsa ini, bukan kelak menjadi beban karena pengetahuan dan kemapuan yang terbatas.

Kepada mereka yang masuk usia produktif, mereka harus mendapat kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Untuk itu tidak bisa lain kecuali kita berkonsentrasi untuk memperbaiki perekonomian negeri, karena hanya itulah jalan satu-satunya untuk mengurangi pengangguran.
Bookmark and Share

Simbol Singo Edan & Arema Miliki Akar Sejarah Panjang

Tahukah Anda, bahwa simbol “singo edan” yang kerap di usung Aremania dalam mensupport klub sepakbola  Arema  itu tidak asal comot. Namun punya nilai historis atau akar sejarah panjang dan  khas lokal kota Malang?


Simbol singa (foto) memang secara resmi pernah menjadi simbol kota Malang sejak Staatgementeraat kota Malang menetapkannya pada 7 Juni 1937. Keputusan bernomor A2 407/43 ini disahkan pula oleh Gubernur Jendral pada April 38.  Simbol singa  itu  diberi  “sesanti” berbahasa Latin: Malang Nominor Sursum Moveor (Malang Namaku Maju Tujuanku).

Namun, semangat menyingkirkan apa saja yang berbau kolonial, kemudian menyebabkan Dewan Kota Malang mengubah lambang ini pada tahun  1951. SK No 51 DPRD Malang ini mengubah lambang kota menjadi Burung Garuda dan Macan Loreng, namun waktu itu sesantinya tetap.

Kemudian, pada tahun 1964, lambang kota Malang berubah lagi lewat keputusan DPRGR No 7 menjadi seperti sekarang, yakti simbol Tugu dan Bintang sedanga sesanti baru “MalangkuCeswara” dari bahasa Sangsekerta bermakna “Tuhan Menghancurkan yang Batil”.
Bagaimanapun juga, jelas simbol “singa edan” memiliki nilai lokal dan historis bagi wilayah  Kota Malang  dan sekitarnya. Bahkan Jika ingin menggali lebih dalam, banyak ditemukan pemimpin-pemimpin Malang purba yang bergelar “Singha” atau “Simha”.



Lambang singa itu kalau menurut alasannya sebenarnya diambil dari lambang zodiak bulan Agustus. Sebab Arema sendiri lahir pd 11 Agustus 1987. Terlepas dari lambang kolonial itu sendiri, maknanya pun jauh sekali. Lambang singa kolonial menunjukkan kekuasaan pada koloni-koloni yang didudukinya. Sedang lambang singa Arema adalah menggambarkan pemain-pemain Arema memiliki karakter garang seperti singa sehingga disebut edan (dalam bahasa jawanya).

Sumber: Repro dari Dinas Pariwisata Kota Malang


Logo Arema saat ini.

Entah dengan alasan apapun bahwa kepala singa diambil sebagai simbol atau logo Arema Indonesia, akan tetapi yang penting adalah jiwa singa yang akan selalu mengiringi para pemain Arema kala bertanding itulah yang kita harapkan. Singa yang dalam dunia nyata adalah sebagai raja hutan, maka kita harapkan hal inilah yang akan terjadi kepada Arema. Arema akan selalu menjadi raja dalam kompetisi sepak bola Indonesia. Semangat singa untuk menjaga tahtanya sebagai raja hutan kita harapkan juga akan ada dalam tubuh setiap pemain Arema kala bertanding.
Oyi ker?

Salam Satoe Jiwa

Sumber Permusuhan Aremania vs Bonek

Seperti di ketahui, antara Malang-Surabaya ada dua kelompok suporter (Aremania & Bonek) yang sangat eksis dan terkenal. Dan dari kedua kubu juga seakan-akan tidak ada kata damai dan akan selalu bermusuhan (meski ada sebagian kecil yang tidak setuju dengan hal ini). Akan tetapi masih banyak dari kedua kubu juga tidak mengetahui kenapa sih koq mereka bermusuhan.


Dalam kesempatan kali ini, ayas mendapatkan satu  ulasan yang cukup menarik yang membahas tentang sumber perseteruan kelompok supporter Aremania dan Bonek. Berikut disampaikan dalam akun FB sam Mas Arif Yusuf  di salah satu forum diskusi di FB.

” Menurut ayas (mohon maaf jika ada yg tak setuju/tak sependapat/tersinggung)
awal mula perseteruan suporter sepakbola Malang-Surabaya (saya tdk menyebutnya AREMANIA-BONEK) karena “GENGSI DAERAH”, masing-masing menganggap kotanya lebih kuat dan lebih hebat. Alasan saya, baik berhubungan dengan sepakbola atau tidak adalah:
  1. Pada saat konser Kantata Takwa di Tambaksari pada 23 Januari 1990, tepat di depan panggung pada sekitar 30 menit pertama “dikuasai” arek-arek Malang sambil meneriakkan “Arema…Arema…Arema”. Arek-arek Suroboyo sebagai tuan rumah pun harus minggir dan “terkalahan”. Namun setelah itu, arek-arek Suroboyo yang jauh lebih banyak mulai bersatu dan “memukul mundur” arek-arek Malang hingga harus keluar dari Tambaksari. Di luar stadion, tawuran terus dilakukan hingga arek Malang sampai di stasiun (Gubeng???)
  2. Tawuran pada konser Sepultura (juga di Tambaksari) pada bulan Juni 1992 kalo nggak salah. Kali ini arek-arek Suroboyo sudah siap dan menguasai depan panggung mulai awal. Arek Malang langsung dihalau begitu masuk Tambaksari. Tawuran di luar stadion juga seru (katanya, ayas tidak ikut saat itu, heheheee….)
  3. Suporter sepakbola Malang pada saat itu (akhir tahun 80-an dan awal 90-an) berasal dari peleburan para “korak” atau geng-geng yang sebelumnya sangat gemar tawuran antar-kampung hingga cukup banyak memakan korban. Dengan dimediatori Bung Ovan Tobing, mereka akhirnya berdamai dan pada akhirnya menyatu dalam benderai “AREMA” (tanpa “NIA), yang artinya “Arek Malang”. Merekalah yang akhirnya sangat setia mendukung tim asal Malang (baik Persema maupun Arema). Dengan latar belakang seperti itu, suporter Malang (masih) sangat2 bangga jika dicap “perusuh” dan “pemberani”. Sebagai contoh, supporter Malang pernah “mengusir” dan “membersihkan” supporter Gresik di kandangnya sendiri, Stadion Tri Dharma Gresik pada saat Persema vs Persegres. Nyanyian “Moleh Tawur…Moleh Tawur” selalu bergema di Gajayana jika tim Malang kalah.
  4. Kecemburuan suporter Malang pada pemberitaan media (kala itu). Contoh, ketika Arema/Persema menang, pemberitaannya sangat2 kecil, mungkin hanya satu kolom. Sementara pemberitaan Persebaya sangat besar dan hampir selalu menjadi headline (meski hanya berlatih atau sekedar mengisi waktu senggang).
    NB: Paling tidak yg diberitakan media terbesar Jawa Timur.
  5. Dedengkot-dedengkot Persebaya dulu (yg saya ingat H.Barmen & Mudayat) sangat2 meremehkan & merendahkan tim-tim Malang. Beliau katakan tidak ada ceritanya Persebaya bisa dikalahkan tim2 asal Malang, menahan imbang saja mereka (tim2 Malang) sangat kesulitan. Pernyataan itu ditulis di media yg tadi saya sebutkan. Hal ini tentunya sangat menyakiti dan menyulut sensitivitas suporter Malang yang selalu direndahkan (orang Surabaya) dan dianaktirikan (media terbesar Jatim). Terlebih, ada isu bahwa suporter Surabaya (belum bernama BONEK) akan “ngluruk” ke Malang. Merasa tertantang, AREMA sudah siap mencegat bonek di Lawang. Namun sampai pertigaan Karanglo, Singosari, AREMA yg hendak ke utara dihalau dan ditangkapi polisi/Kodim. Akhirnya, sebagian suporter melampiaskan kemarahannya dengan memecahi kaca2 mobil plat L. Sementara di Gajayana sendiri, bentuk perlawanan terhadap dedengkot Surabaya diwujudkan dalam dua spanduk bertuliskan “Kalahkan Persebaya, Bungkam Mulut Besar Barmen dan Mudayat” dan “Barmen & Mudayat Haram Masuk Kota Malang”.
  6. (Judul) berita di media yg cukup mujarab mengadu domba. Contoh (yg lagi2 saya ingat) ” Pemain Persebaya Dijadikan Sansak Hidup Pemain Persema” dalam laga Persema vs Persebaya, yang memang sebelumnya diprediksi akan panas menyusul pernyataan Barmen dan Mudayat. Dalam laga yg saya saksikan sendiri itu, Persema pemanasan di gawang selatan dan Persebaya di gawang utara. Setelah koin tost, ternyata posisinya berpindah (Persema ke utara, Persebaya ke selatan). Pada perpindahan itulah beberapa pemain Persema sengaja menabrak pemain Persebaya hingga ada yang terjatuh. Inilah yang ditulis koran tersebut dengan ” Pemain Persebaya Dijadikan Sansak Hidup Pemain Persema”. Saya bisa memahami kemarahan arek-arek Suroboyo akibat isi berita dari judul tersebut.
  7. Pembalasan supporter Surabaya di Gresik dalam laga Persema vs Persegres setelah laga panas Persema-Persebaya sebelumnya, plus provokasi media. Ayas adalah saksi hidup dan selamat dari peristiwa itu. Ayas melihat sendiri arek2 Suroboyo membawa ketapel, pentungan, batu, hingga pisau untuk mensweeping arek Malang di stadion. Arek2 Suroboyo selalu mengatakan “goleki arek Malang, goleki arek sing ngomonge walikan, pateni arek Malang, pendem arek Malang”. Tulisan Persema di papan skor diambil dan dibakar. Sedikit koreksi tulisan Cak Donde Nymphetamine, jika dikatakan Pemain Persema baik2 saja, ayas kurang setuju. Sebab, ketika masuk lapangan saja Persema sudah diangkut mobil panser/trantis. Setiap kali pemain Persema melakukan lemparan ke dalam, mereka selalu dilempari dan dipukuli supporter Surabaya (bukan supporter Persegres). Bench cadangan pun dilempari dan ditusuk2 kayu bendera. Berkali-kali pertandingan dihentikan karena penonton Surabaya masuk dan menyerbu pemain Persema. Puncaknya, pertandingan dihentikan dan pemain Persema kembali dimasukkan di mobil panser di tengah lapangan.setelah itu ayas pulang dan tak tahu hasil akhir (yang ternyata Persema kalah) Terus terang, pada saat itu ayas sangat2 bersyukur karena keluar dari stadion dan pulang sampai Malang dalam keadaan selamat. Ayas tidak tahu tentang adanya korban di bunderan Apollo Gempol dan akhir tol Gresik karena setahu ayas, AREMA yg naik truk telah dicegat dan dipulangkan aparat saat masuk pintu tol Gempol. selain itu, isu di Malang justru mengatakan sebaliknya.


Menurut ayas, hal-hal itulah yang mengawali perseteruan supporter Malang-Surabaya (sekali lagi, bukan BONEK-AREMANIA) Dan permusuhan itu terus berkembang sampai sekarang.”
Melihat ulasan di atas, menurut ayas ada satu poin yang sangat penting yang membuat suasana panas menjadi semakin panas, yaitu media. Memang selama ini porsi pemberitaan tentang konflik antara Aremania vs Bonek (khususnya media wilayah Jatim seperti koran Jawa Pos, Surya, media internet beritajatim.com dan lain2) hampir dapat dipastikan apabila ada kejadian, maka pihak Aremania akan selalu mendapat pemberitaan yang seakan2 Aremania adalah terdakwa atau pihak yang bersalah. Padahal dalam kejadian sebenarnya seorang anak kecilpun tahu, bahwa banyak kejadian yang sebenarnya di mulai oleh ulah Bonek. Maka dalam hati para nawak Aremania akan dapat dipastikan muncul rasa tidak terima, sehingga rasa permusuhan itu akan tetap terpelihara.

Ayas sebagai orang yang telah memproklamirkan diri sebagai Aremania sebenarnya sangat tidak menginginkan adanya permusuhan dengan pihak manapun, akan tetapi jika permusuhan itu perlu, maka ayas juga tidak akan lari dari kenyataan tersebut.Hehehehehehe asal tidak menjarah dan merampok ataupun ublem stadion dengan tidak ngrayab!
Jika nawak kurang setuju dengan sedikit ulasan ini monggo2 aja. Bila punya data dan fakta lainnya, ayas bisa menerima masukan. Matur tengkyu.
Artikel terkait : Sumber permusuhan Aremania vs Bonek (other’s version)
Salam Satoe Jiwa!

Mengubur 'Bonek' yang Salah Kaprah

Apa arti sebuah nama. Demikian kata sastrawan kenamaan Inggris, William Shakespeare (1564-1616). Namun tidak bisa dipungkiri bahwa nama itu penting, dan nama sebutan (predikat) juga tak kalah pentingnya dan memiliki arti tersendiri.

Maka tidak keliru jika klub-klub sepak bola juga memiliki predikat, yang menunjukkan identitas kota/kabupaten, provinsi, dan negara. Sebutan untuk klub sepak bola tak jarang mengambil nama tokoh lokal yang pernah menjadi mitos atau legenda. Kesebelasan Deltras Sidoarjo misalnya, disebut "The Lobster", sesuai lambang daerah, yaitu udang dan bandeng. Nama "Joko Tingkir" untuk kesebelasan Persela Lamongan mengingatkan tokoh yang mampu menaklukkan kerbau liar dan ratusan buaya. "Sakerah" untuk kesebelasan Persikapas (Pasuruan) mengingatkan tokoh Madura yang berani melawan Belanda. "Si Pitung" untuk Persitara (Jakarta Utara) diangkat dari tokoh Betawi penentang penjajah Belanda. "Laskar Ken Arok d/h Bledeg Biru untuk Persema (Malang), karena Walikota Malang Peni Suparto mengidolakan tokoh Ken Arok Raja Singasari (1222-1227).

Sedang predikat "Singo Edan" untuk kesebelasan Arema (Indonesia) sebenarnya tidak memiliki akar dengan sejarah dan asal-usul Kota Malang, karena si raja hutan tidak terdapat di Jawa ataupun Nusantara. Lambang singa berkaitan dengan berdirinya klub sepak bola Arema (Arek Malang) pada 11 Agustus 1987, yang bertepatan horoskop bintang leo = singa. Predikat klub sepak bola yang didirikan Mayjen TNI (Purn) Acub Zainal, akhirnya diterima supoter/pendukungnya dan disepakati sampai sekarang. Untuk mengesankan "garang" di lapangan, maka ditambahi "singa edan". tetapi diterima publik. Sedang predikat kesebelasan Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya) sampai saat ini tampaknya masih menjadi perdebatan.

Sewaktu Dahlan Iskan menjabat manajer Persebaya, memunculkan nama "Green Force" ke permukaan, baik dalam pemberitaan media massa maupun dalam bentuk aksesoris, seperti ikat kepala, sal/selendang, kaos suporter, bendera, dan spanduk. Nama "Green Force" (Kekuatan Hijau) sesuai kostum kebanggaan/ciri khas Persebaya, yaitu warna hijau yang melambangkan keadilan.

Lantas sekarang muncul predikat lain, seperti "Bajul Ijo". Tepatkah predikat itu? Jika "Bajul Ijo" sebagai sebutan Persebaya, lalu (ikan) sura-nya mana? Padahal sura dan baya merupakan satu kesatuan sebagai lambang Kota Surabaya yang keberadaannya, menurut sejarah, ditetapkan 31 Mei 1293. Ikan sura dan baya juga telah menjadi legenda dan menjadi ikon kota pahlawan. Sebaiknya predikat "Bajul Ijo" untuk Persebaya perlu dipertimbangkan. Pasalnya, bajul atawa buaya memiliki konotasi yang tidak sedap. Buaya darat misalnya, diidentikkan dengan penganggu perempuan. Beda dengan buaya keroncong yang tak lain dan bukan adalah seniman (musik) keroncong kawakan.

Untuk predikat Persebaya sebenarnya masih banyak nama lain yang bisa masuk nominasi. Di antaranya, Laskar Bung Tomo (sesuai dengan stadion Gelora Bung Tomo yang dibangun di Surabaya Barat), Laskar Kota Pahlawan, Laskar Hijau, Arek Suroboyo, Sura Ijo Bajul Ijo, dan lainnya.

Salah kaprah
:

Predikat bonekmania yang menjadi suporter Persebaya muncul dan menggegerkan jagad persepakbolaan nasional pada tahun 1989. Saat itu bonek mendukung kesebelasan Persebaya di Istora Senayan, Jakarta. Nama bonek mewarnai pemberitaan di suratkabar, karena berulah membuat keributan merusak stasiun kereta api dan menjarah warung nasi dan pedagang minuman tanpa bayar, dan ketika pulang dinaikkan kapal untuk menghindari amuk massa balasan.

Bonek merupakan kepanjangan dari bandha/bondo nekat (bermodal nekat/berani) yang merupakan bentukan dari kelompok masyarakat akar rumput. Kata bonek akhirnya menjadi perbendaharaan kata baru dalam Bahasa Indonesia. Bonek dan bonekmania identik dengan suporter fanatik Persebaya.

Tentang bonek, Budi Darma pernah menulis demikian: Jangan heran, bangsa ini mengantongi jatidiri yang tidak terpuji, yaitu jiwa bonek, sebuah nama untuk para suporter fanatik klub sepakbola yang modalnya hanya "bondo nekat", yaitu tidak punya modal selain kenekatan liar dan merusak. Para bonek ini menonton sepakbola, kalau perlu dengan menempuh jarak ratusan kilometer, tanpa uang sama sekali, lalu mengamuk dan merampok untuk kepuasan diri dan kepentingan perut mereka sendiri, tentu saja, katanya, demi kepentingan klub pujaan mereka (Kompas, 14 Mei 2005).

Bonek yang dipopulerkan kalangan akar rumput, sebenarnya merupakan istilah salah-kaprah, yang dibiarkan, dan akhirnya menjadi kumpulan massa yang tak jarang bertindak radikal, tanpa berpikir rasional, tidak kendali, dan anarkis. Misalnya, dengan membakar mobil siaran salah satu stasiun televisi. Sampai awal tahun 2010 juga masih terjadi tindakan anarkis, baik dilakukan bonek maupun oleh kelompok masyarakat yang anti bonek.

 Guru Besar Universitas Airlangga Prof Dr Hotman M. Siahaan dalam acara Titik Tengah yang ditayangkan Metro TV Biro Jatim, menilai perilaku bonek yang merusak fasilitas umum merupakan tindakan anarkis. Anarkisme inilah yang sebenarnya perlu diurai dan dicarikan pemecahannya, dan bukan dianggap sebagai perbuatan biasa atau kenakalan remaja. Sedang Wastomi Suhari Ketua Yayasan Suporter Surabaya menjelaskan bonekmania juga sebagai korban kekerasan.

Untuk meniadakan anarkisme suporter Persebaya, sebaiknya mengubur sebutan bonek dari predikat suporter. Pasalnya, bonek adalah sebutan yang salah-kaprah. Selain itu, suporter di mana pun tentu harus membeli tiket (karcis tanda masuk) untuk menonton pertandingan sepak bola dan mendukung klub kesayangannya. Menonton pertandingan tandang di luar Surabaya pun juga perlu duit untuk naik kereta api atau bus, kecuali nggandol truk. Jadi, tak ada yang gratis jika menonton pertandingan sepakbola di stadion manapun. Siapa tahu dengan mengubur sebutan bonek, suporter Persebaya mampu menjadi pendukung yang fanatik, tidak vandalis, dan bermartabat. Salam olahraga dan fair play di rumput hijau dan di ruang publik. ***

SAVE AREMA

Arema adalah aset Indonesia, sehingga banyak pihak yang merasa memiliki kepentingan selalu mengatasnamakan Arema dalam meraih massa, tentu saja keadaan ini bisa jadi sangat menguntungkan dan bisa juga sangat merugikan, Karena itu untuk menghindari pepatah habis manis sepah dibuang, maka kita sebagai Aremania akan tetap mendukung langkah Arema.
Kali ini konteks Save Arema yang didengungkan teman-teman Aremania tidak hanya bercorak pada upaya menyelamatkan Arema dari segi ekonomi, namun menjaga Arema dari pengaruh konflik kepentingan dan keterikatan partai politik.

Sekalipun cita-citanya awalnya sama, untuk melestarikan keberadaan klub Arema Indonesia sebagai klub sepakbola yang menjadi subkultur dan simbolisasi dari Kera Ngalam. Gerakan Save Arema For Better Football bukan sekedar upaya untuk merintis jalan yang lebih baik bagi Arema Indonesia. Bagaimanapun saran, ide dan pandangan semua pihak sangat dibutuhkan sebagai konsep kepemilikan dan pengelolaan Arema Indonesia oleh pendukung nantinya.

Gerakan Save Arema For Better Football merupakan gerakan moral untuk perbaikan Arema Indonesia dan sepakbola Indonesia yang lebih baik. Menjadikan Arema Indonesia sebagai organisasi nirlaba berorientasi ke depan yang dibiayai melalui iuran anggota, kontribusi anggota dan usaha sah mengkomersialkan hak intelektualnya. Pengurus mengutamakan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Hasil atau keuntungannya dikembalikan untuk kepentingan publik dan sosial. Gerakan ini akan terus menjalin komunikasi, tukar informasi, tukar pikiran dan saling mendukung penuh persahabatan dengan semua pendukung klub yang berkeinginan serupa. 


Karena pada hakekatnya sepakbola adalah untuk rakyat dan bahasa pemersatu semua umat manusia. Klub sepakbola lebih dari sekedar badan usaha, harus tercermin dalam pengelolaan klub dengan melibatkan stakeholder utama sepakbola yaitu :

SUPORTER SEPAKBOLA ..!!


salam satu jiwa

Aremania, Kubu Rendra Larang Kanjuruhan Dipakai Kubu M Nur

Puluhan aremania mendesak Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Malang, stop menyewakan Stadion Kanjuruhan pada Kubu M Nur. Aksi ini dilakukan setelah PSSI memenangkan kubu M Nur sebagai pengelola resmi Tim Arema dari kubu Rendra Kresna.

Tiba di halaman Kantor Dispora sekitar pukul 13.45 wib, Jumat (23/9/2011) siang ini, puluhan aremania datang menggunakan 20 kendaraan roda dua dan satu unit mobil. Setelah melalui negosiasi dengan petugas kepolisian yang menjaga areal Block Office tempat Kantor Dispora berada, 15 perwakilan aremania akhirnya bertemu dengan Kadispora, Bambang Ismudjoko.

Hendri, koordinator aksi mengatakan, kedatangan aremania meminta tanda tangan dukungan dari Kadispora agar Stadion Kanjuruhan, tidak disewakan pada kubu M Nur atau pihak lain.

Tanda tangan penolakan penyewaan dalam jenis apapun, akan dipakai sebagai bekal aremania memprotes keputusan PSSI di Jakarta yang mengesahkan kubu M Nur sebagai pengelola Tim Arema musim ini.

"Kami minta bukti tertulis dan tanda tangan dari Dispora. Stadion Kanjuruhan, jangan sampai disewakan dulu," ungkapnya.

Dijelaskan Hendri, PSSI harus fair dalam memutuskan siapa pengelola sah Tim Arema. Surat dukungan dan tanda tangan tidak menyewakan Stadion Kanjuruhan dari Dispora, nantinya akan dibawa aremania ke Jakarta untuk memprotes keputusan PSSI yang mengesahkan Tim Arema dipegang oleh kubu M Nur.

"Paling lambat Minggu surat tanda tangan dari Kadispora sudah kita pegang. Senin lusa, kita akan berangkat ke Jakarta untuk menemui sejumlah petinggi PSSI," paparnya.

Ditempat yang sama, Kadispora Bambang Ismudjoko mengaku tidak bisa memutuskan langsung. Pihaknya harus melaporkan dulu pada Bupati Malang, Rendra Kresna selaku atasannya. Karena wewenang soal sewa Stadion Kanjuruhan ke pihak lain, harus seijin Bupati.

"Untuk menentukan stadion kanjuruhan dipakai homebase tim mana,  bukan kami yang memutuskan. Tapi itu hak mutlak dari Bupati Malang. Pastinya, tuntutan rekan-rekan aremania akan kami sampaikan pada Bupati lebih dulu," tegasnya.

SALAM SATU JIWA

Joko Susilo menegaskan pelatih dan pemain Arema Indonesia tidak akan terganggu dengan konflik dualisme kepengurusan.

Keputusan PSSI yang mengesahkan kubu Muhammad Nur sebagai pengelola Arema Indonesia diyakini tidak akan mengganggu persiapan klub berjuluk Singo Edan tersebut dalam menyambut kompetisi musim 2011/12.

Hal tersebut dinyatakan oleh caretaker Arema Joko Susilo. Mantan pemain yang berposisi sebagai striker tersebut menegaskan pihaknya akan tetap fokus untuk melakukan persiapan tim mengingat kompetisi akan segera dimulai.

"Kami tetap fokus pada persiapan tim jelang bergulirnya kompetisi yang semakin dekat," ujarnya.

Menurut dia, pihaknya tetap fokus pada program yang telah disusun, termasuk latihan rutin yang sudah berjalan sekitar dua pekan ini. Namun demikian, pihaknya berharap pengurus dan manajemen segera memberikan kepastian terkait masa depan dirinya serta pemain.

Secara tegas Joko mengatakan, tugas pelatih dan pemain adalah di lapangan, sementara untuk urusan lain-lain bisa diselesaikan oleh pengurus dan manajemen.

15 Pemain Timnas Tak Hadir Saat Mediasi

Sebanyak 15 pemain timnas senior tidak dapat menghadiri pertemuan dengan PSSI di Jakarta, Kamis 22 September 2011 malam, berkaitan dengan adanya kabar mogok bermain untuk tim Pra Piala Dunia.

Media officer timnas, Dessy Christina, mengatakan sedangkan yang hadir ada 16 pemain dalam mediasi yang dilakukan oleh PSSI untuk menyelesaikan konflik internal pasca kekalahan dari Bahrain.

Selang beberapa saat kekalahan Timnas 0-2 dari Bahrain di Gelora Bung Karno, beberapa waktu lalu, tujuh punggawa timnas mengungkapkan niatnya untuk mundur dari skuad Tim Garuda. Mereka kecewa dengan pernyataan Wim Rijsbergen lewat media, yang menyudutkan para pemain. Menurut Desy, pertemuan ini digagas jelang pemanggilan kembali para pemain pada 30 September 2011.

Para pemain yang tidak hadir itu diantaranya Ferry Rotinsulu, Kurnia Meiga, Supardi, M. Nasuha, Riccardo Salampessy, Wahyu Wiji Astanto, Egy Melgiansyah, Tony Sucipto, M. Ilham, Oktovianus Maniani, Boaz Solossa, Irfan Bachdim, Ferdinand Sinaga, Hariono dan Amrizal.

Menurut Dessy Christina, kepada wartawan, para pemain yang tidak dapat hadir karena tidak mendapat tiket, sedangkan beberapa yang berasal dari Persipura Jayapura masih harus berlatih untuk Piala AFC pada 27 September mendatang di kandang klub Arbil SC dari Irak.

Indonesia sendiri akan melaksanakan pertandingan lanjutan Pra Piala Dunia pada 11 Oktober 2011 melawan Qatar.

PSSI Terapkan Kompromi

JAKARTA -

Verifikasi penentuan tim peserta Indonesia Super League (ISL) 2011-2012 beraroma kompromi dan kepentingan. Seperti permainan sulap, tinggal bilang simsalabim, PSSI dengan mudah mengubah keputusan setiap saat dengan berlindung di balik statuta.

Buktinya, Selasa sore lalu (20/9) Sekjen PSSI Tri Goestoro kepada wartawan menyatakan bahwa Persema, Persibo, PSM Makassar tidak bisa berlaga di ISL. "Karena Persema, Persibo, dan PSM musim lalu tidak ikut kompetisi ISL, mereka tidak bisa ikut kompetisi ISL musim depan. Paling-paling mereka bakal tampil di Divisi Utama," kata Tri dalam press conference di Kantor PSSI Selasa sore lalu.

Namun, apa yang terjadi dalam lanjutan sidang pleno Executive Committee (Exco) PSSI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, kemarin dini hari (22/9)? Dalam rapat yang diikuti mayoritas anggota exco, kecuali Erwin Budiawan, sidang pleno mengubah keputusan. Hasil sidang pleno memutuskan kompetisi ISL 2011?2012 akan diikuti 24 peserta dari 18 yang sebelumnya sudah disepakati.

Yang patut dipertanyakan adalah pemberian tiket cuma-cuma kepada enam klub. Yakni, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, PSMS Medan, dan Bontang FC. Tiga tim yakni Persema, Persibo, dan PSM, sempat mbalela mengikuti LPI musim lalu.

Konsekuensinya, dalam kongres tahunan PSSI di Bali pada Januari 2011, keanggotaan Persema dan Persibo dicabut. Sedangkan PSM oleh exco dihukum degradasi ke Divisi I. PSM dianggap mengundurkan diri dari kompetisi. Namun, keanggotaan PSM tidak ikut dicabut karena saat kongres Bali digelar, tim berjuluk tim Ayam Kinantan itu belum sempat bermain di LPI. Sedangkan Persema dan Persibo sudah memainkan laga LPI sebelum kongres Bali dilangsungkan. 

Nah, dalam keputusan terbaru sidang pleno exco kemarin dini hari, Persibo, Persema, dan PSM bisa ikut kompetisi ISL. Alasannya, keanggotaan tiga tim itu terlebih dahulu diputihkan.

Sementara itu, alasan masuknya PSMS dan Persebaya, menurut Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dalam press conference setelah sidang pleno exco pukul 01.30 di Hotel Sahid Jaya Jakarta, berbeda. Djohar mengatakan, dua tim itu memiliki kaitan sejarah dalam sepak bola tanah air. Alasan Bontang FC diloloskan lebih ironis lagi. Yaitu, Bontang disebut-sebut sebegai klub degradasi terbaik di ISL musim lalu. "Jumlah peserta (24 tim) ini sesuai dengan statuta," kata Djohar.

Mantan staf ahli Menpora itu kemudian menyadur Statuta PSSI pasal 37 tentang Kekuasaan Exco ayat (i). Isi pasal itu berbunyi, "Exco berwenang memutuskan tempat, tanggal, dan jumlah tim yang berpartisipasi dalam kompetisi". "Jumlah tim itu maksimal," sambungnya.

Namun, buru-buru Djohar menegaskan bahwa 24 itu bisa saja berubah. Itu terjadi jika dalam proses verifikasi ternyata ada tim yang tidak bisa memenuhi syarat minimal. "Kalau nanti ada empat klub yang tidak memenuhi syarat, ya sudah kita jalan dengan 20 klub saja. Tidak ada lagi klub di bawahnya yang akan kita verifikasi untuk naik menggantikan," bebernya.

Pergantian baru dilakukan jika ternyata jumlah klub yang lolos verifikasi kurang dari 18. Sebab, PSSI menetapkan jumlah minimal peserta kompetisi ISL musim depan adalah 18 kontestan. Rencananya, kickoff  ISL musim 2011?2012 dilakukan pada 9 Oktober.
MALANG -
Meski PSSI telah memutuskan untuk memilih kubu Muhammad Nur, persoalan internal Arema belum sepenuhnya tuntas. Terbukti, pihak Rendra Kresna bersama Eddy Rumpoko dan Iwan Kurniawan ternyata masih tetap menjalankan aktifitas persiapan tim mereka untuk kompetisi musim depan.
Seolah tidak terpengaruh dengan keterangan anggota Eksekutif Komite PSSI bahwa hasil rapat memilih M. Nur, manajemen Arema yang berkantor di jalan Sultan Agung nomer 9 berjalan normal. Apalagi hingga kemarin, belum ada surat resmi dari PSSI perihal keputusan tersebut.

’’Menyikapi informasi, sekali lagi saya tegaskan sekedar info bahwa Arema akan dikelola kubu selain dibawah naungan Bapak Eddy Rumpoko, Bapak Iwan Kurniawan dan Bapak Rendra Kresna, kita ada beberapa langkah yang kita lakukan sesuai tugasnya masing-masing,’’ terang Manajer Media Officer Arema, Sudarmaji.

’’Jadi ini sifatnya masih antisipasi sebelum kita mendapatkan keputusan resmi dari PSSI, karena sampai sekarang masih belum. Saat menunggu keputusan resmi hitam diatas putih ini, kita siapkan tim seperti biasanya, tim masih menjalankan program yang telah disusun, operasional kantor berjalan, persiapan verifikasi tetap jalan,’’ lanjutnya.

Kebetulan menurut mantan wartawan ini, PSSI sebelumnya telah mengirim surat ke kantor Arema untuk rencana proses verifikasi faktual yang rencananya digelar 26 Oktober nanti. Untuk itu, manajemen Arema terus menyiapkan kelengkapan verifikasi yang rencananya akan dilakukan AFC itu.

’’Meskipun seandainya PSSI memberikan keputusan lain kepada kita, kita belum surut, semua program akan kita jalankan. Tapi kita menyikapinya secara bijaksana, sebelum ada hitam diatas putih, kita tetap konsisten dengan kepercayaan yang diberikan pemain, kepercayaan yang diberikan Aremania, kepercayaan pemerintahan daerah, dan yang terpenting kepercayaan yang diberikan oleh investor. Kita yakin tim ini akan tetap jalan,’’ jelas Darmaji.

Meski masih menunggu surat resmi dari PSSI, manajemen Arema dibawah pimpinan Iwan Budianto sebagai Direktur Utama PT Arema Indonesia tidak tinggal diam. Setidaknya, antsipasi di jalur hukum tengah dipersiapkan untuk menghadapi persoalan dualisme Arema ini.
’’Informasi kemarin sifatnya masih informal, tapi itu sudah menjadi sinyalamen buat kami untuk mempersiapkan langkah hukum. Kita sudah siapkan langkah hukum, sejak tadi malam (Rabu malam, Red.) saat mengetahui kabar itu. Meski untuk menyikapi itu, kita harus tahu dulu, seperti apa yang membuat kami tidak lolos atau tidak sah oleh PSSI, itu harus disampaikan secara transparan karena ini persoalan hukum,’’ terang Eko Hendro Prasetyo, Manajer legal PT Arema Indonesia, kemarin sore.

Diakuinya, secara legalitas manajemen Arema dibawah pimpinan Iwan Kurniawan sebagai Direktur sebenarnya sudah tidak ada masalah. Apalagi pihaknya sudah menerima surat resmi dari Menkumham (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) perihal adanya perubahan data PT Arema Indonesia, dimana Iwan Budianto sebagai Dirut.

’’Ya, bahwa akta PT terbaru kita dengan manajemen baru dibawah Iwan Budianto sebagai Direktur Utama sudah resmi, turunannya sudah ada. Itu menjadi dasar, bukti apa pun sudah kita siapkan. Jadi dari sisi hukum mana yang belum kita penuhi, itu yang kita bahas dari PSSI,’’ terang Eko menunjukkan surat dari Kemenhumkam nomor AHU-AH.01.10-29039 yang ditujukan kepada notaris Eko Handoko Widjaya.
Sementara itu, terkait investor untuk Arema yang selama ini diwakili Iwan Budianto memastikan tidak ada masalah dengan adanya informasi bahwa PSSI memilih M. Nur. Bahkan kini dengan adanya surat dari Kementerian Hukum dan HAM itu, investor semakin yakin membiayai Arema.

’’Kalau dari segi investor, karena sifatnya itu informal (keputusan PSSI, Red) dan adaikan itu juga diputuskan PSSI sifatnya masih debatable (masih diperdebatkan, Red). Jadi kita komitmen dengan Tiga Dewan Pembina yang percaya kita sebagai investor dan jalan terus,’’ ungkap Rudi Widodo, Direktur PT Arema Indonesia mewakili keterangan Iwan Budianto.

’’Saat ini kita anggap tidak terjadi apa-apa, bahkan kita sudah bicara dengan sekretaris tim, untuk program tim jalan terus, untuk gaji terus, gaji karyawan juga terus. Bahkan kita akan kontrak pemain secara resmi, karena kemarin pra kontrak. Ya, dalam waktu satu atau dua hari ini pemain kita kontrak,’’ sambungnya.
Menurutnya dasar utama investor masih berkomitmen mendanai Arema karena sudah adanya kejelasan legalitas PT Arema Indonesia dari Menkumham.

’’Ya, karena PT yang baru sudah keluar, tanggal 14 September kemarin, meski kita baru terima tanggal 20 September kemarin. Tapi yang terpenting juga adalah dukungan Aremania, karena Aremania adalah stakeholder terbesar Arema,’’ yakin Rudi.

sumber malang pos,

Peserta Kompetisi PSSI Jadi 24 Klub

Jumlah peserta kompetisi tertinggi di tanah air musim 2011/2012 dipastikan bertambah dari 18 klub menjadi 24 klub. Kepastian penambahan jumlah peserta itu ditentukan pada rapat Komite Eksekutif PSSI di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta yang berakhir Kamis dini hari.

"Format kompetisi tetap satu wilayah sesuai amanat kongres Bali. Tetapi untuk sesuai pasal 37 Komite Eksekutif berhak menentukan jumlah klub. Maksimal 24 klub," kata Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin usai rapat.

Menurut dia, 24 klub yang turun di kompetisi tertinggi itu adalah 14 klub Indonesia Super League (ISL), empat klub promosi serta enam klub baru berdasarkan penunjukan dan penyaringan oleh PSSI.

Klub peserta kompetisi yang berpeluang turun di kompetisi tertinggi yaitu Persipura, Arema, Persija, Semen Padang, Persib, Persisam, Persiba, Persela, Sriwijaya FC, Persiwa, Deltras, PSPS, Pelita Jaya dan Persijap. Sedangkan empat klub promosi dari Divisi Utama adalah Persiba Bantul, Persiraja Banda Aceh, Mitra Kukar dan pemenangan play off Persidafon Dafonsoro.

Untuk enam klub baru yang ditunjuk oleh PSSI guna melengkapi 24 klub adalah Persema Malang, Persema Malang, PSM Makassar, PSMS Medan, Bontang FC dan Persebaya Surabaya.
"Tetapi semuanya harus mampu lolos verifikasi maksimal 26 September terutama terkait dengan pendanaan dan infrastruktur terutama stadion," katanya menambahkan.

Djohar menjelaskan, pertimbangan dimasukkannya enam klub baru itu diantaranya adalah untuk eks Liga Primer Indonesia (LPI) (Persema, Persibo dan PSM) telah diputihkan dari sanksi yang diterima.
Untuk pemilihan klub PSMS Medan dan Persebaya Surabaya, kata dia, didasarkan pada banyaknya pendukung dan sejarah serta keinginan dari sponsor. Sedangkan Bontang FC dipilih karena terbaik dari klub yang didegradasi.

"Data ini belum final. Jika ada yang tidak lolos verifikasi maka jumlah klub akan berkurang seiring dengan hasil verifikasi," kata Djohar menegaskan.

CIPTA MEDIA AREMANIA TV




Cipta Media Bersama diharapkan dapat menimbulkan rangsangan agar publik yang peduli dapat didanai untuk menciptakan proyek-proyek dalam empat topik dalam media:

(1) Meretas Batas – Kebhiknekaan Bermedia;
(2) Keadilan dan Kesetaraan Akses Terhadap Media;
(3) Kebebasan dan Etika Bermedia;
(4) Pemantauan Media.

Keempat topik ini kemudian dibungkus dalam kategori materi (konten), teknologi, aksi, pemantau, mediator, dan strategi kreatif terpadu. Seluruh topik dan pengkategoriannya diharapkan secara lokal, merangsang masyarakat menyadari media disekitarnya, membuka akses, dan menawarkan solusi untuk masalah media dalam masyarakat, baik di kota, desa, ataupun di daerah-daerah yang secara tradisional menginginkan akses namun tidak memilikinya.

Kesempatan lain yang juga dibuka oleh teknologi adalah ruang cipta untuk inovasi baru melalui media untuk perbaikan sosial oleh masyarakat yang berada dalam jaringan (online) dalam penggunaan media.
Dengan sistem partisipasi terbuka masyarakat diharapkan ikut mendukung dan termotivasi untuk program-program rintisan baru yang dapat membuktikan bahwa media dan teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk layanan publik yang lebih baik. Melalui hibah diharapkan informasi benar, berguna, dan akurat dapat disampaikan menggunakan teknologi yang tepat pada masyarakat yang membutuhkannya sehingga mendorong kebijakan untuk media yang lebih baik.

PSSI tunjuk kubu M.nur kelola AREMA

Berakhir sudah konflik dualisme kepengurusan tim berjuluk singo edan, Arema Indonesia. PSSI memutuskan kubu M Nur yang berhak kelola tim kesayangan Aremania.

Keputusan tersebut diputuskan langsung dalam rapat exco PSSI yang berlangsung di Hotel Grand Sahid Jakarta, Rabu (21/9/20011) hingga berakhir Kami (22/9/2011) dini hari.

Menanggapi hal tersebut, pendiri Arema Lucky Adrianda Zainal atau yang akrab disapa Sam Ikul yang selama ini berada di kubu M Nur, selaku Ketua Yayasan Arema yang dinyatakan sah oleh PSSI menyatakan, dirinya merasa sudah lega karena sudah ada keputusan dari PSSI.

"Iya, PSSI sudah memutuskan M Nur yang berhak kelola Arema. Nanti kita ketemu dan memberikan penjelasan soal keputusan PSSI itu," aku Sam Ikul saat dihubungi via telepon beritajatim.com, Kamis (22/9/2011) pagi.

Seperti diberitakan sebelumnya, kalau Aremania bertemu Sam Ikul di rumahnya, Jumat (16/9/2011) lalu, sudah ada kesepakatan antara pihak M Nur dan Iwan Budianto, selaku investor yang selama ini mendanai kubu Rendra Kresna. Salah satu poin kesepakatan, siapapun yang nantinya diputuskan menang oleh PSSI, harus menerimanya.

Soal dana dari Iwan Budianto, yang sudah mengalir ke Arema, akan diganti oleh kubu M Nur. "Semua dana yang dari Iwan Budianto, kalau PSSI memutuskan M Nur yang kelola Arema, akan diganti. Itu sudah kesepakatan dengan Iwan Budianto," katanya.




Sedangkan untuk Persebaya terdapat dua kepengurusan yang mengklaim berhak mengendalikan klub kebanggaan warga Surabaya yaitu kubu Cholid Goromah dan kubu Wishnu Wardana.

Pada rapat ini selain membahas masalah status kepengurusan ganda pada tiga klub tersebut juga dibahas rencana penambahan jumlah klub yang bertanding di kompetisi tertinggi meski sebelumnya telah ditetapkan sebanyak 18 klub.

Ada tiga klub yang berusaha dimasukkan untuk turun di kompetisi tertinggi ini yaitu Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makassar

Arema tanpa Pelatih Kepala di Kampiun Cup

MALANG ,
Arema Indonesia tanpa didampingi pelatih kepala ketika berlaga di ajang Kampiun Cup 2011 yang dihelat 24 September hingga 1 Oktober mendatang. Media Officer Arema Indonesia, Sudarmaji, Senin (19/9), mengatakan, meski tanpa didampingi pelatih kepala, ia yakin para pemain yang saat ini masih ditangani asisten pelatih Djoko Susilo dan Dwi Sasmianto itu mampu mempersembahkan prestasi terbaiknya.
"Melihat hasil uji coba menghadapi Martapura FC (17/9), saya yakin para pemain sudah siap untuk berkompetisi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini masalah pelatih kepala sudah beres, sehingga persiapan menghadapi kompetisi mendatang juga semakin matang," ujarnya.
Di ajang Kampiun Cup 2011, Arema menjadi tuan rumah untuk Grup B bersama Persija Jakarta dan Persela Lamongan. Sementara, Grup A dihuni oleh Persib Bandung, Semen Padang dan Pelita Jaya Karawang.


Babak penyisihan mulai digelar pada 24, 25, dan 26 September di Stadion Kanjuruhan Kepanjen. Sedangkan, partai semifinal (29/9) dan final (1/10) akan digelar di Stadion Manahan Solo.
Bila dibandingkan dengan Persija dan Persela, Sudarmaji mengakui Arema memang terlambat dalam merekrut pelatih yang bakal menggantikan Mieroslav Janu pada musim sebelumnya (2010-2011). Beberapa nama pelatih yang selama ini mencuat untuk direkrut dan menangani Singo Edan musim kompetisi 2011-2012 di antaranya adalah pelatih tim nasional Malaysia Krishnasami Rajagopal, Robert Rene Alberts serta Miroslav Janu sendiri.


Kampiun Cup 2011 menjadi persiapan terakhir bagi Singo Edan sebelum berkiprah di ajang Liga Super Indonesia (LSI) 2011-2012 yang rencananya digelar mulai 8 Oktober mendatang. Meski persiapan telah matang dan beberapa pemain bintang berhasil digaet, Arema masih menyisakan satu persoalan yang berkaitan dengan dualisme kepengurusan.


Dua pengurus yang sama-sama mengklaim sah itu adalah kubu Rendra Kresna (Bupati Malang) yang didukung Eddy Rumpoko (Walikota Batu) dan Iwan Kurniawan (pengusaha) serta kubu M Nur (mantan Sekkota Malang) yang didukung oleh Siti Nurzanah dan Lucky Acub Zaenal (pendiri Arema). Untuk persiapan tim, kubu Rendra Kresna telah mengikat kontrak dengan beberapa pemain baru dan pemain lama melalui investor yang diwakili oleh Iwan Budianto.

Kampiun Cup, Ajang Pemanasan Arema

  1. MALANG - Masalah dualisme manajemen tak menjadi persoalan bagi Arema FC dalam program pra musim. Mulai 24 September, klub berjuluk Singo Edan sudah berjibaku di turnamen Kampiun Cup 2011 yang diikuti enam klub yang terbagi dalam dua grup. Grup A bakal dihuni Persib Bandung, Semen Padang dan Pelita Jaya dan mempertandingkan babak penyisihan di Stadion Manahan. Sementara Grup B bakal dipusatkan di Stadion Kanjuruhan dengan kontestan Arema FC, Persela Lamongan dan Persija Jakarta. Jadwal yang telah tersusun, Arema menghadapi Persija di laga awal pada 24 September. Disusul laga Persija versus Persela di hari kedua atau 25 September. Sedangkan Arema kontra Persela terjadi di laga terakhir penyisihan grup, yakni pada 26 September. Dua klub teratas bakal lolos ke babak semifinal pada 29 September di Stadion Manahan, Solo. Sedangkan babak final digelar pada 1 Oktober di tempat sama dan memperebutkan hadiah uang total senilai Rp1 miliar. "Kebetulan Arema sedang membutuhkan persiapan pra musim. Kita juga sudah menggelar uji coba menghadapi Martapura FC. Memang kondisi tim belum optimal secara fisik, namun secara organisasi tim sudah cukup bagus," kata Asisten Pelatih Arema FC Joko Susilo.

Persela-Arema Tuntut PSSI Transparan

Persela Lamongan tak habis pikir dengan verifikasi AFC yang meloloskan enam tim sebagai klub profesional. Dalam verifikasi administrasi tersebut nama Persela tak masuk dalam daftar, justru rival beratnya Persibo Bojonegoro yang mencuat. Realita itu membuat klub berjuluk Laskar Joko Tingkir kecewa berat. Apalagi melihat fakta yang lolos adalah klub-klub Liga Primer Indonesia (LPI) dan tak satu pun yang mewakili Indonesia Super League (ISL). Ketua Harian Persela Yuhronur Efendi pun mempertanyan proses verifikasi tersebut, karena ada sisi kontroversial di dalamnya. Misalnya Persebaya Surabaya yang dinyatakan lolos sebagai klub profesional sedangkan hingga sekarang masih dibalut konflik. "Saya benar-benar tak habis pikir dengan hasil verifikasi itu. Memangnya hanya klub LPI saja yang memenuhi syarat? Kita sudah menyerahkan semua kelengkapan sesuai persyaratan, tapi nyatanya tetap dianggap belum memenuhi syarat," ungkap Yuhronur. Pada Agustus lalu PSSI sudah mengumumkan 34 klub yang pantas berlaga di kompetisi level satu. Dari sekian banyak klub itu, Persela menjadi salah satu klub yang dinyatakan layak berlaga di liga profesional. Menurut Yuhronur sangat mengherankan jika kemudian hanya segelintir klub yang dianggap profesional oleh AFC. "Kalau memang ada kelengkapan yang kurang, seharusnya PSSI memberikan informasi ke klub agar bisa dibenahi, sebelum menyerahkan ke AFC," kata Yuhronur dengan nada tinggi. Jika PSSI langsung mengumumkan siapa yang lolos, maka akan menimbulkan kebingungan klub yang merasa sudah melengkapi persyaratan. "Saya pikir bukan Persela saja yang bingung, tapi juga klub-klub lain yang dinyatakan belum profesional," tandasnya. Transparansi PSSI juga menjadi bahan kritikan dari Arema FC. Dua kali berlaga di Liga Champion Asia (AFC) dan kemudian dinyatakan belum memenuhi syarat sebagai klub profesional, membuat Singo Edan tak habis pikir. "Menurut kami, seharusnya PSSI lebih transparan. Kekurangan apa yang masih dimiliki Arema, sebaiknya cepat disampaikan agar kami bisa membenahi. Kalau PSSI hanya pasif, klub juga tak mengerti sisi mana yang kurang lengkap itu," papar Media Officer Arema FC, Sudarmaji. Ia meminta PSSI memberikan kejelasan terkait kelemahan klub, sebelum verifikasi faktual atau infrastruktur nanti. Dengan begitu klub bisa memperbaiki persyaratan sekaligus menerima delegasi AFC saat melakukan verifikasi ke stadion. Jika Arema FC mendapat poin rendah karena persoalan sengketa di manajemen, Sudarmaji balik menanyakan soal status Persebaya. Ia menilai klub berjuluk Bajul Ijo kondisinya malah lebih parah karena klub sudah terbelah.

Janu Tak Melirik Pemain Arema

Pelatih Persebaya Divisi Utama (DU), Miroslav Janu menegaskan, meski saat ini dirinya tengah memburu pemain, tapi Janu tak akan mengambil pemain dari mantan timnya, Arema Indonesia. Hal ini karena hampir seluruh pemain Arema musim lalu dipertahankan oleh manajemen. Mereka juga dikabarkan tengah mengikat kontrak dengan manajemen yang dibawahi investor, Iwan Budianto. "Pemain arema sudah deal dengan Iwan. Iwan belum bos, tapi pemain sudah deal dia," terang Janu beberapa waktu lalu. Saat ini Persebaya DU memang tengah menginvestarisir nama-nama pemain. Menurut manajer M Alyas, tim pelatih sudah mendapatkan beberapa nama hasil seleksi, Selasa (13/9/2011) lalu. Mayoritas pemain yang masuk dalam list adalah pemain muda Surabaya. Janu dan tim pelatihnya saat ini bergerak cepat untuk mendatangkan pemain berkualitas. Sebab waktu mereka cukup mepet, yakni tiga minggu. Janu menyebut persiapan tim Persebaya DU sangat terlambat dan mepet."Di Arema, saya persiapannya selama tiga bulan. Di sini saya cuma tiga minggu. Saya akan berusaha maksimal," pungkas Janu

Hasil Pertemuan Aremania dengan Pendiri Arema

Ratusan Aremania yang menggelar aksi turun jalan, mulai dari wilayah Kabupaten hingga Kota Malang, akhirnya menemui pendiri Arema, Lucky Acub Zainal. Dalam pertemuan tersebut, Aremania menyampaikan aspirasinya. Sebagai pewakilan Aremania, diantaranya yang bertemu Lukcy acub Zainal, yang karib disapa Sam Ikul antara lain, Tembel atau Ponidi, Saiful, Totok Aremania dari Blitar serta beberapa Aremania lainnya yang dipercaya sebagai perwakilan Aremania. Aspirasi dari Aremania yang diwakili oleh Saiful, menuntut kejelasan Arema yang dinilai membingungkan publik terkait status dualisme kepengurusan Arema. "Kami perwakilan Aremania hanya ingin meminta kejelasan kondisi Arema saat ini. Aremania jangan dibuat bingung dengan kondisi saat ini. Kami hanya butuh kejelasan," kata pria yang juga Korwil Aremania Polehan itu. Setelah semua aspirasi dari Aremania disampaikan terkait dengan kondisi dualisme Arema saat ini, Sam Ikul menegaskan, bahwa dirinya tak mau dikatakan berpihak kepada sala satu pihak. "Saya tak mendukung siapapun. Tapi saya hanya berkepentingan demi Arema," tegas Sam Ikul. Andai kata meninggalkan M Nur, kata Sam Ikul, tidak ada yang akan mengawasi Arema. "Hal itu semakin berbahaya. Makanya untuk saat ini, saya ikuti M Nur, karena secara legal, dia masih Ketua Yayasan Arema. Hanya itu maksud saya. Ketemu dengan PSSI, saya juga mengikutinya," katanya. Menurut Sam Ikul, saat ini, semua pihak, baik Aremania, harus menunggu keputusan dari PSSI. "Kalau sudah diputuskan oleh PSSI siapa yang sah menangani Arema, semua pihak harus menerimanya," katanya. Saat didesak diberi deadline kapan bisa menyelesaikan Arema? Sam Ikul menegaskan setelah 20 September nanti. "Setelah ada keputusan dari PSSI, baru internal akan menyelesaikannya. Hal itu sudah disepakati kedua pihak. Baik M Nur dan Iwan Budianto," katanya. Dalam peretemuan tersebut terlihat terjadi perdebatan yang cukup alot. Aremania mempertanyakan kenapa yang awalnya Sam Ikul menolak M Nur, malah kini bersama. Akhirnya, pertemuan tersebut hanya memutuskan tetap menunggu keputusan dari PSSI. Kalau sudah ada keputusan dari PSSI, kubu siapa yang sah, harus diterimanya. "Sepenuhnya kita serahkan ke PSSI," katanya. Kalau sudah diputuskan PSSI, dimenangkan kubu manapun, Sam IKul akunya akan mendukungnya. "Tapi Arema harus tetap dikelola secara profesional," tegasnya

Dana dari Iwan Siap Dikembalikan

Walaupun masalah dualisme kepengurusan hingga kini masih belum selesai, PSSI pun masih belum memutuskan kubu mana yang berhak kelola Arema. Namun, dari kedua kubu sudah ada perjanjian atau komitmen. Komitmen tersebut sudah terjalan antara kubu Rendra Krisna yang didalamnya ada sosok Iwan Budianto dan kubu M Nur yang didalamnya ada pendiri Arema, Lucky Acub Zainal. Apa komitmen dan perjanjian tersebut? Menurut Sam Ikul, komitmen dan perjanjian tersebut sudah dilakukan di rumah Sam Ikul yang dihadiri Iwan Budianto. "Kita sudah sepakat dan menyerahkan ke PSSI. Apapun keputusan PSSI harus diterima oleh M Nur dan Rendra," Kalau pada nantinya PSSI memutuskan M Nur yang berhak mengelola Arema, maka semua dana yang dikeluarkan oleh kubu mereka, akan dibayar. "Seluruh dana yang dikeluarkan oleh Iwan Budianto, akan diganti atau dikembalikan, itu kesepakatan yang sudah dibangun," Soal pemain, kata Sam Ikul, pihaknya tetap menyampaikan kepada Asisten Pelatih Arema Joko Susilo, untuk terus melakukan latihan sebagai persiapan kompetisi mendatang. "Kalau sudah ada keputusan dari PSSI, baru nantinya ada kejelasan," Ditanya Aremania, apa yang telah dilakukan Sam Ikul kepada PSSI agar masalah Arema segera selesai? Sam Ikul menegaskan, pihaknya sudah terus mendesak pihak PSSI agar segera memutuskan siapa yang berhak mengelola Arema. "Karena PSSI berhak memutuskan masalah Arema. PSSI adalah induk yang memang bertugas menyelesaikan masalah klub," Sam Ikul yang saat itu didampingi istrinya Novi, siapapun yang mengelola Arema, pihaknya tetap pemilik saham yang sah. "Jadi tidak berpengaruh kepada saya. Tujuan saya hanya bagaimana Arema bisa berkompetisi dan tak ada lagi masalah," katanya.
sumber berita jatim

Aremania: Kita Punya Prinsip

Aksi turun jalan ribuan aremania, Jumat (16/9/2011) siang ini bertujuan untuk mendesak Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mencoret nama Tim Arema yang dipimpin kubu HM Nur, Siti Nurjanah, dan juga pendiri Arema Lucky Acub Zainal. Makanya, dalam aksi demonstrasi kali ini, poster bernada kecaman ditujukan pada tiga nama diatas. "Arema kubu M Nur haram berada di Bumi Arema," ucap salah seorang demonstran yang disambut teriakan menggema ribuan pengunjuk rasa. Apa sebab Arema bertikai? Koordinator Aksi, Mulyadi Gindul, Jumat (16/9/2011) siang mengatakan, PSSI harus berani mencoret Arema kubu HM Nur. Jangan hanya karena pengurus PSSI berteman baik dengan HM Nur justru tim Arema dan Aremania dibuat mainan saja. Mulyadi sendiri adalah salah seorang Aremania lawas. Mulyadi bahkan menyebutkan jika dirinyalah koordinator wilayah (Korwil) pertama arema dari seluruh Indonesia. "Saya bukan siapa-siapa. Saya untuk Arema dan aremania. Saya orang pertama korwil aremania di Indonesia," ucapnya. Menurut dia, sebagai arek Malang asli Jodipan, Kota Malang, dia berharap jangan sampai Arema jatuh pada orang yang salah. Jika PSSI secara sah menerima tim Arema yang dipimpin HM Nur, Siti Nurjanah dan Lucky Acub Zainal, aremania pasti akan melawan dan bergejolak. "Kalau PSSI mengesahkan arema kubu M Nur, aremania siap menyerbu Jakarta. Kita sudah membuat surat untuk menyalamatkan Arema pada Komnas HAM dan Presiden," tegasnya. Dijelaskan Mulyadi lebih jauh, dimana hati nurani HM Nur CS kalau hanya mengejar keuntungan saja dan mengorbankan Arema dan aremania. "Arema kubu HM Nur jelas tidak loyal untuk Arema dan aremania. Tanggung jawab mereka selama ini juga patut kita pertanyakan," paparnya. Mulyadi menambahkan, tuntutan aksi demonstrasi rekan-rekan aremania murni untuk masa depan Arema dan tidak ada kepentingan apapun. Dalam aksi turun kejalan siang ini, aremania mendesak PSSI mengesahkan Arema kubu Rendra Kresna, Edi Rumpoko dan Iwan Kurniawan. Serta, mencoret Arema pimpinan HM.Nur dan kroni-kroninya. Saat disinggung perihal aksi yang terkesan ditunggangi pihak ketiga, Mulyadi menegaskan jika aksi ini murni kesadaran dari aremania. "Kita punya prinsip. Jangan hanya berani kucing-kucingan dan lewat facebook saja kalau berkomentar untuk Arema. Harus real. Karena aremania itu jantan dan kesatria. Kalau kubu HM Nur berani, mari kita duduk satu meja," pungkas Mulyadi. sumber:berita jatim
Lima pemain timnas asal Arema Indonesia hingga kini belum bisa bergabung dalam latihan resmi tim tersebut di Stadion Gajayana, Kota Malang, Jawa Timur. Hal itu karena sebagian pemain masih memperkuat Timnas U-23 yang melakukan uji coba ke Hong Kong, seperti Kurnia Meiga Hermansyah, Yongki Ariwibowo, Dendi Santoso dan Hendro Siswanto. Sementara, Zulkifli Syukur masih berlibur di Makassar. Media Officer Arema, Sudarmadji, Selasa (13/9) mengatakan bahwa total pemain Arema yang memperkuat timnas mencapai delapan pemain. Tiga di antaranya sudah bergabung dalam latihan resmi yang diasuh oleh asisten pelatih Arema, Joko Susilo. Mereka adalah Ahmad Bustomi, Benny Wahyudi dan Arif Suyono. "Untuk Zulkifli, dia rencananya akan bergabung berlatih dengan teman-teman di Arema pada pekan depan. Sebab, dia sudah konfirmasi bahwa masih berlibur di Makassar," ucapnya. Sementara empat pemain Arema yang saat ini berada di Timnas U-23, Sudarmadji mengaku tidak mengetahui kapan mereka bisa bergabung dan berlatih dengan Arema. Sebab, keempatnya masih akan mengikuti jadwal bersama Timnas U-23. "Kita tidak mengetahui kapan mereka bisa bergabung dan berlatih bersama Arema. Namun apabila ada jadwal kosong di Timnas U-23, keempatnya akan datang dan bergabung," tuturnya. Latihan tim berjuluk 'Singo Edan' itu sudah dilakukan sejak sepekan lalu sesuai dengan agenda tim pelatih dan manajemen Arema. Menu latihan yang diberikan kepada pemain meliputi tes fisik untuk mengembalikan kondisi tubuh pemain setelah libur Lebaran beberapa waktu lalu.

Rajagopal Masuk Daftar Pelatih Incaran Arema

Lima nama pelatih masuk dalam daftar incaran tim berjuluk "Singo Edan" atau Arema Indonesia, salah satunya yakni Pelatih Timnas Malaysia, Krishnasamy Rajagopal. Media Officer Arema Indonesia, Sudarmadji, Selasa mengatakan, kelima nama pelatih yang masuk dalam daftar incaran itu hingga kini masih terus dilakukan komunikasi oleh pihak manajemen, dan belum satu pun yang menuju kesepakatan resmi. "Lima daftar nama pelatih yang menjadi incaran kami itu, dua diantaranya adalah mantan pemain Arema, satu pelatih asing dan satu mantan pelatih timnas," katanya. Sudarmadji tidak mau menyebutkan secara rinci siapa saja nama-nama pelatih yang menjadi incaran, namun dia hanya menyebutkan salah satunya yakni Pelatih Timnas Malaysia, Krishnasamy Rajagopal. "Nama-namanya kita rahasiakan dulu, yang jelas kalau sudah pasti bergabung nanti akan kita umumkan, namun salah satunya adalah pelatih timnas Malaysia," katanya Sudarmadji mengatakan, munculnya kelima nama pelatih yang menjadi incaran itu merupakan upaya Manajemen Arema setelah gagal mendapatkan kembali mantan pelatih Arema, Robert Rene Alberts yang saat ini lebih memilih melatih tim Serawak FC, Malaysia. Sudarmadji menjelaskan, meski gagal mendapatkan Robert, Manajemen Arema telah membayar tanggungan kepada Robert mengenai sisa hutang gaji yang belum dibayarkan di musim lalu, atau saat Arema berhasil menjuarai kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) dua tahun silam. Sementara itu, meski hingga kini Arema belum mendapatkan pelatih kepala, manajemen tetap menggelar latihan yang dilakukan sejak sepekan lalu. "Materi latihan tidak akan terbengkalai, karena sudah ada Asisten Pelatih Joko Susilo dan Dwi Sasmianto yang telah memberikan materi pelatihan," katanya.

Fisik Pemain Memuaskan

KEPANJEN – Serangkaian persiapan coba disusun skuad Arema Indonesia menghadapi kompetisi professional level I musim depan. Sore kemarin, tim pelatih Singo Edan giliran menuangkan tes ketahanan fisik (endurance) bagi pemain di Stadion Kanjuruhan Kepanjen. Mereka ingin mengetahui sejauhmana tingkatan endurance terakhir dan mengukur VO2 Maks pemain sebagai bahan acuan pelatih dalam melanjutkan program latihan kedepannya. Sesuai agenda, tes fisik ini digeber dalam dua hari beruntun, kemarin dan sore ini. Pada hari pertama pelaksanaan, tim pelatih yang dibantu tenaga dari fakultas ilmu keolahragaaan Universitas Malang (UM) ini lebih ke konsentrasi pada penggemblengan materi beep test. Pemain berlari melintasi lintasan berjarak 20 meter dengan tahapan level tempo semakin cepat. Sedangkan, hari kedua tes, sore ini pemain akan dihadapkan menu pengukuran tingkatan endurance yang dikemas dengan materi kelincahan. Khusus untuk beep test, asisten pelatih Arema, Joko ‘Gethuk’ Susilo membagi amunisinya menjadi empat grup. Grup I : Leonard Tupamahu, Purwaka Yudhi, Waluyo, Aji Saka (gk), Dian Agus Prasetyo (gk) dan Teguh Amirudin (gk). Grup II : Roman Golian, Saktiawan Sinaga, Juan Revi, Esteban Guilien, Johan Alfarizi dan Dicho Kurniawan. Grup III : Musafri, Andri Lesmana, Zaenal Soli, Gilang Dedik Permadi dan Lucky Ariawan. Grup IV : Andik, Dedik Priyo, Teguh Ary, Darmawan dan M Rofik. ‘’Dari tes ini, kami bisa mengetahui perkembangan terakhir dari tingkat endurance pemain. Meski belum terima hasil dari tes ini, kami melihat kondisi endurance pemain baik dengan menjalani test maksimal. Kondisi itu tentunya sesuai harapan kami,” terang Joko kepada Malang Post, seusai memimpin beep test, petang kemarin. Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, TA Musafri menjadi pemain yang memiliki tingkatan endurance terbaik. Striker asal Ternate ini mampu melalui tingkatan level 13 tahap 2 yang jauh unggul diatas raihan level pemain lainnya. Diluar dugaan, dibawah catatan Musafri, dua pemain Arema Indonesia U-21 berhasil menjadi yang terbaik, Zaenal Soli dan Dicho Kurniawan yang sukses melalui level 12. Kiper baru Arema, Dian Agus Prasetyo meraih catatan terbaik di sektor penjaga gawang mengungguli Aji Saka dan Teguh Amirudin, kiper Arema U-21. Mantan kiper Pelita Jaya Karawang ini mampu menggapai level 11 tahap 2. Sedangkan Aji hanya mampu melewati level 8. Sedangkan, pemain resmi Arema lainnya yang meraih catatan baik adalah Johan Al Farizi (level 12 tahap 2). ‘’Besok (hari ini, Red), kami melanjutkan tes fisik. Materi test nantinya diantaranya terdapat kelincahan dan jump. Tes fisik ini penting bagi kami dan pemain sebelum berlanjut ke program persiapan tim kedepannya,” pungkas Gethuk